Rabu, 14 April 2010

EDISI 04 Tahun 2010

HADIAH SEDERHANA

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di samping-Nya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Yohanes 19:26

Beba telah lama sakit. Hari-hari terakhirnya dipenuhi dengan kesakitan dan duka beruntun. Duka karena suaminya, Roberto, meninggal beberapa bulan sebelumnya. Beba menderita dementia stadium lanjut. Walaupun memori dan proses berpikirnya memburuk, namun ia tahu bahwa suaminya telah meninggal. Jadi, ia mulai mempersiapkan diri meininggalkan kehidupan dunianya,

Pada suatu hari, Silvia, anaknya, berkeomentar pada perawat Beba, “Aku melihat kesedihan yang mendalam di mata Ibu.” Saat itu, Beba dengan lembut menutup matanya. Silvia terkejut. Jelas bagiku bahwa Beba menutup matanya agar Silvia tidak melihat kesakitan dan kepedihan terpancar dari matanya. Sejak itu, ketika Silvia mendekati tempat tidur ibunya, Beba akan menutup mata.

Betapa luar biasa hadiah kasih yang diberikan Beba melalui tindakan sederhana ini. Hal ini menunjukkan bagiku bahwa tidak seorang pun yang terlalu tua, terlalu miskin, atau terlalu sakit untuk menunjukkan kasih dan kebaikan. Ingatlah saat Yesus dipaku di salib menjelang kematian-Nya, Dia mengingatkan ibu-Nya, Maria dan teman-Nya, Yohanes. Bahkan di saat-saat terakhir, Dia menemukan cara memberi kepada sesama.

Segala sesuatu menjadi bernilai ketika menjadi milik Tuhan. Betapapun tinggi nilai suatu barang kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri bukan saja menjadi tidak berarti tetapi juga laknat; sesuatu yang sangat buruk atau bencana yang sangat besar. Tetapi semurah apapun nilai suatu barang bila dipersembahkan atau digunakan untuk kepentingan Tuhan, maka barang itu akan menjadi sangat bernilai. Hal ini senada dengan betapapun besar dan agungnya suatu perbuatan, bila tidak diperuntukkan bagi kemuliaan nama-Nya, perbuatan tersebut bukan saja tidak memiliki nilai sama sekali tetapi juga merupakan suatu pemberontakan. Pola hidup seperti inilah yang sebenarnya dimiliki setiap anak Tuhan. Paulus menyuratkan dengan kalimat: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31).

HIDUP YANG BERHARGA

Masalahnya adalah bagaimana memiliki sikap hati yang dapat menggunakan segala sesuatu bagi Tuhan dan melakukan segala sesuatu bagi Tuhan. Ada beberapa hal yang harus disadari, diakui dan dijadikan prinsip kehidupan kita: Pertama, kita harus menanamkan di dalam diri kita pengakuan dan kesadaran bahwa kita adalah tercipta oleh dan untuk Tuhan. Hal ini melekat dalam diri kita sedemikian rupa sampai irama jiwa kita dicengkeram oleh pengakuan dan kesadaran ini. Oleh karena hal ini sangat penting, maka kuasa jahat berusaha menutupinya dengan teori evolusi dan filsafat nihilisme. Semangat hidup fasik ini telah disuntikkan ke dalam pikiran banyak orang Kristen hari ini.

Kelompok dewasa muda usia 26-41 tahun, khususnya masyarakat kota lebih tertarik kepada dunia sekuler dari pada hal-hal rohani. Kenyataan ini juga dipicu oleh keadaan dimana banyak anak-anak remaja dan pemuda tidak belajar mengenal Tuhan. Pada komunitas usia dewasa muda tersebut filosofi nihilisme berkembang angat subur. Oleh sebab itu, sebagai ganti dari pendidikan rohani dalam gereja mereka lebih betah menceburkan diri dalam dunia malam (dugem). Kalau ada diantara mereka yang haus kebenaran, mereka lebih cenderung mempelajari pendidikan mental yang terisolasi (terpisahkan) dari Tuhan, yaitu kegiatan aktualisasi diri (pengembangan kepribadian) yang sekarang sedang marak. Pengembangan kepribadian tanpa dipandu oleh Firman Tuhan.

Kedua, kita harus menanamkan di dalam diri kita pengakuan dan kesadaran bahwa kita adalah milik Tuhan yang telah dibeli oleh darah-Nya. Segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Harus di “plat merah” yang artinya milik Negara. Kesadaran ini akan membuat kita menghayati bahwa hidup kita dari hari ke hari adalah milik Tuhan yang harus kita gunakan untuk melayani Tuhan. Jika tidak, maka suatu kali akan ketakutan ketika menghadap Tuhan untuk mempertanggungjawabkan milik Tuhan. Dengan tulisan ini kami berharap kita semua bertobat dan melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan telah percayakan kepada kita.

Ketiga, menyadari sepenuh-penuhnya bahwa setiap kita dirancang secara khusus untuk maksud-maksud khusus Tuhan. Setiap kita harus menemukan rancangan Tuhan tersebut supaya kita menemukan pula maksud-maksud-Nya yang khusus. Betapa dahsyat keberadaan setiap individu, baik secara fisik maupun non fisik. Kalau keberadaan manusia yang dahsyat ini tidak digunakan bagi maksud-maksud-Nya; betapa tragisnya. Untuk menemukan maksud-maksud Tuhan atas setiap pribadi seseorang harus bertumbuh dalam kedewasaan iman. Oleh karena hal ini, maka pelayanan rohani harus diarahkan sepenuh kepada pendewasaan iman. Kedewasaan iman akan membuat seseorang menemukan rancangan Tuhan dalam hidupnya secara pribadi.

KISAH DUA KUDA

Ada sebuah padang, dengan dua ekor kuda di dalamnya. Dari kejauhan, dua kuda itu seperti kuda pada lazimnya. Tetapi jika Anda menghentikan mobil dan berjalan mendekat, Anda akan menemukan satu hal yang mengagumkan. Saat memperhatikan mata salah satu kuda, akan terlihat bahwa kuda itu buta.

Pemiliknya telah memutuskan untuk tidak membuangnya, tetapi justru membuatkan sebuah rumah yang nyaman untuknya.

Hal berikut ini juga luar biasa

Jika Anda berdiri di dekatnya dan memperhatikan, akan terdengar bunyi suara lonceng. Saat mencari sumber suara itu, Anda akan melihat bahwa itu berasal dari kuda yang lebih kecil di padang rumput itu.

Di lehernya dikalungkan sebuah lonceng kecil. Suaranya akan memberi tanda kepada kuda yang buta arah kuda kecil berada, sehingga bisa mengikutinya.

Ketika Anda berdiri dan memperhatikan kedua kuda itu, Anda akan melihat bahwa kuda yang memiliki lonceng selalu menoleh memperhatikan kuda yang buta, dan kuda yang buta akan mendengar suara lonceng dan kemudian berjalan perlahan ke arahnya; percaya bahwa dia tidak akan tersesat.

Saat kuda dengan lonceng kembali ke kandang pada sore hari, dia setiap kali akan selalu berhenti dan menoleh, memastikan bahwa temannya yang buta tidak berjalan terlalu jauh untuk bisa mendengar bunyi loncengnya.

Seperti pemilik dari kedua kuda ini, Tuhan tidak pernah membiarkan kita terbuang hanya karena kita tidak sempurna atau kita sedang menghadapi masalah atau tantangan.

Dia mengawasi kita dan bahkan membawa orang lain ke dalam hidup kita untuk menolong kita saat kita membutuhkannya.

Kadang-kadang kita adalah kuda buta yang dituntun oleh bunyi pelan lonceng dari orang-orang yang ditempatkan Tuhan dalam kehidupan kita.

Teman baik selalu seperti itu ... Anda tidak pernah selalu melihat mereka, tapi Anda tahu bahwa mereka selalu ada di sana.

Dengarkanlah lonceng saya dan saya akan mendengarkan lonceng Anda.

Dan ingat ... bersikaplah ramah lebih dari biasanya - siapa saja yang Anda temui adalah ibarat pergumulan dalam suatu pertempuran.