Kamis, 03 Juli 2008

EDISI 03 Tahun 2009

MARILAH KEPADA-KU
[Matius
11:25-30]

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."
[Matius 11:28]

Siapa yang pernah membayangkan, bahwa kesuksesan Edward Evans dimulai dari sebuah perjuangan dan penderitaan. Ia dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat miskin, namun karena tekad yang besar ia mulai melangkah untuk memulai sebuah usaha sendiri, untuk mendapatkan modal, ia meminjam uang dari bank US $ 50.-. Ia terus berjuang dengan tekun hingga memperoleh hasil US $ 200,000.- per tahun. Kehidupan bagai roda yang berputar, suatu saat Evans mengalami kebangkrutan dan ia harus melunasi hutang di bank yang kian menumpuk. Akhirnya ia pun menjadi sangat tertekan dan depresi. Suatu hari ia pingsan di tengah jalan dan harus dibawa ke rumah sakit, keadaannya semakin melemah dan dokter menyatakan, bahwa usianya tinggal 2 minggu lagi. Mendengar vonis tersebut ia sangat terkejut, seakan dibangunkan dari mimpi ia bertekad untuk mempertahankan hidupnya, ia membuang jauh-jauh kesedihan dan beban yang menekannya selama ini. Ia mulai melupakan, bahwa ia punya hutang, yang ada dipikirannya hanyalah ia harus sehat dan tetap hidup. Akhirnya ia mulai bisa makan dengan enak, bisa tidur nyenyak dan mulai bersemangat lagi. Hanya dalam waktu 1,5 bulan saja ia bangkit kembali dan mulai bekerja sebagai penjual balok dengan penghasilan
US $ 30.- seminggu, beberapa tahun kemudian ia menjadi direktur The Evans Company.

Banyak dari kita yang sering terjebak dengan masalah dan tekanan, saat kita menghadapi suatu masalah, maka pikiran kita terus menerus tertuju pada masalah itu, hal inilah yang membuat kita menjadi lemah bahkan tak memiliki kekuatan untuk menghadapi masalah dan keluar sebagai pemenang. Jika saja Evans tidak mendengar perkataan dokter tentang waktu hidupnya tinggal 2 minggu, mungkin ia akan benar-benar meninggal bukan karena penyakit tetapi karena perasaan depresi dan tertekan. Hari ini mari bangkit, apapun masalahmu serahkan pada Tuhan dan jangan engkau memikulnya sendiri, Yesus telah berkata: "Marilah kepada-Ku, hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat..."

SERINGKALI KEMATIAN BUKAN DISEBABKAN OLEH PENYAKIT TETAPI OLEH PERASAAN TERTEKAN.

~ Halaman ke-1 ~

1 PRIA, 1 WANITA
Penulis Pdt. Dr. Paul Gunadi

Ada satu fenomena baru yang sedang menggejala di kalangan orang Kristen, yakni, beristrikan lebih dari satu. Sudah tentu fenomena beristrikan lebih dari satu bukanlah sesuatu yang baru; yang baru adalah argumentasi para pria ini yang mengatakan bahwa Alkitab sendiri tidak pernah melarang kita untuk beristrikan lebih dari satu. Di bawah ini saya akan memaparkan argumentasi saya untuk menjawab masalah ini.

Memang benar Alkitab tidak secara eksplisit melarang suami menikah lagi dan Tuhan tidak memberikan teguran atau larangan secara langsung kepada hamba-hamba- Nya yang mempunyai istri lebih dari satu Sebagaimana kita ketahui, Abraham, Yakub, Daud, dan Solomo beristrikan lebih dari satu. Pertanyaannya adalah, apakah Tuhan menghendaki mereka beristrikan lebih dari satu ataukah Tuhan membiarkan mereka beristrikan lebih dari satu.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui desain atau rencana Tuhan tentang pernikahan pada awalnya. Mari kita lihat Kejadian 2:24: ‘Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging.’ Pada pernikahan pertama ini, dengan jelas kita dapat melihat bahwa Tuhan mendesain pernikahan antara satu pria dan satu wanita. Sama sekali tidak tersirat adanya desain pernikahan ganda atau majemuk yakni beristrikan atau bersuamikan lebih dari satu.

Berikutnya, istilah ’satu daging’ merujuk kepada kesatuan yang sempurna dan tidak terpisahkan. Alkitab tidak menggunakan istilah ‘keduanya berpasangan’ atau ‘keduanya berdampingan.’ Alkitab memakai istilah, ‘keduanya menjadi satu daging’ ibarat sirup dan air yang telah larut bersama. Atau, jika kita tetap menggunakan konsep daging, kita dapat menyamakannya dengan daging seorang anak yang merupakan perpaduan darah dan daging ayah dan ibunya. Dapatkah kita memilah-milah daging anak dan mengatakan bahwa bagian daging ini dari ibunya dan bagian daging itu dari ayahnya? Jawabannya sudah tentu, tidak.

Konsep kesatuan ini diulang oleh Paulus di Efesus 5:28, ‘Siapa yang mengasihi istrinya, mengasihi dirinya sendiri.’ Mengapakah mengasihi istri identik dengan mengasihi diri sendiri? Tepat pada ayat yang sama, Paulus menjelaskan, ‘Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri.’ Dengan kata lain, suami dan istri telah menjadi suatu kesatuan yang sempurna sehingga keduanya telah larut dan melebur menjadi satu. Itu sebabnya Firman Allah menegaskan bahwa suami yang mengasihi istrinya sebenarnya mengasihi dirinya sendiri.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah mungkin kesatuan itu dipisahkan kembali dan dileburkan dengan perempuan lainnya? Kalau ada yang menjawab, mungkin, itu sama dengan mengatakan bahwa kita dapat memilah-milah daging seorang anak dan membedakan mana yang dari ayahnya dan mana yang dari ibunya. Saya kira jawabannya jelas, tidak mungkin! Itu sebabnya konsep pernikahan yang Tuhan tetapkan pada awalnya adalah antara satu pria dengan satu wanita. Tidak ada penjelasan atau keterangan tentang pernikahan berikutnya karena memang Tuhan tidak pernah mendesain atau merancang pernikahan selanjutnya. Beristrikan lebih dari satu berlawanan dengan konsep satu daging!

Selain di Kejadian 2, kita hanya dapat menemukan pembahasan spesifik mengenai pernikahan di Perjanjian baru yakni di Efesus 5:22-33, Kolose 3:18-19, 1 Petrus 3:1-7. Pada semua ayat ini, Tuhan selalu menyebut satu suami dan satu istri (bentuk tunggal); tidak ada satu ayat pun yang menyebut ‘istri-istri’ (bentuk jamak). Jadi, pada setiap kesempatan, tatkala Alkitab membicarakan tentang pernikahan, Alkitab selalu konsisten yaitu pernikahan adalah antara satu pria dengan satu wanita.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah, mengapa para tokoh Alkitab itu mempunyai lebih dari satu istri? Jawabannya jelas, yakni pada mulanya Tuhan tidak menghendaki manusia beristrikan lebih dari satu, namun karena kekerasan hati manusia dan nafsu dagingnya, Tuhan membiarkan manusia beristrikan lebih dari satu!

Adakalanya manusia melanggar kehendak Tuhan, adakalanya manusia menyimpang dari kehendak Tuhan. beristrikan lebih dari satu masuk dalam kategori yang kedua, yakni manusia menyimpang dari kehendak Tuhan. Baik melanggar maupun menyimpang, keduanya memiliki satu kesamaan yaitu keduanya tidak berada dalam kehendak Tuhan.

Lepas dari kehendak Tuhan yang tersurat di Alkitab, sebenarnya Tuhan sudah memberikan pelita-Nya di dalam hati nurani kita sekalian. Itu sebabnya sejarah manusia memperlihatkan bahwa perjalanan pernikahan bukannya menuju ke arah beristrikan majemuk melainkan beristrikan tunggal. Pada masa lampau hak asasi wanita begitu tertindas sehingga wanita tidak berdaya menyuarakan pilihannya yaitu tidak ingin dimadu. Sekarang, tatkala hak asasi wanita mulai mendapat pengakuan, wanita dengan suara bulat berseru, Kami tidak ingin dimadu!

Dengan kata lain, pada mulanya wanita tidak pernah dan tidak akan mengizinkan suaminya beristrikan lebih dari satu. Namun dalam kondisi tertindas, wanita terpaksa menerima keputusan suaminya yang ingin beristrikan lebih dari satu. Bukankah kita yang pria juga akan merasa sangat tidak bahagia jika anak perempuan kita dijadikan istri kedua atau menantu laki-laki kita ternyata mempunyai istri lain?

Firman Tuhan memerintahkan, Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Efesus
5:25) Bagaimanakah Tuhan mengasihi jemaat-Nya? Pertama, Tuhan Yesus tidak menduakan jemaat-Nya dan kedua, Ia menyerahkan diri-Nya bagi jemaat. Implikasinya, suami tidak boleh menduakan istrinya dan suami harus menyerahkan dirinya kepada istrinya, bukan menyerahkan dirinya kepada wanita atu istri yang lain. Suami yang mengasihi istrinya tidak akan menikahi perempuan lain karena perbuatan itu sangat melukai hati istrinya. Sebagai pria, hati kita pun akan sama hancurnya bila istri kita berganti-ganti pelukan: malam ini dengan kita, besok dengan pria yang lain. Firman Tuhan berkata, Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Matius 7:12)

Sebagai penutup, saya ingin mengutip dari Matius
6:24, Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Pernikahan merupakan suatu pengabdian; kita tidak bisa, tidak mungkin, dan tidak boleh mengabdi kepada dua tuan.

~ Halaman ke-2 ~

BEBEK ATAU AYAM
Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara dikejauhan: "Kuek! Kuek!"

"Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami.

"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek, Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu adalah bebek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue bek, kamu kamu."

Terdengar lagi suara, "Kwek! Kwek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam."

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kwek! Kwek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.

Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele?
Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek"?

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. Banyak hal jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah? Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

14] Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
15] Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
18] Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
19] Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
[ Kolose 3:14-15,18-19 ]

~ Halaman ke-3 ~

GOD WILL MAKE A WAY (DIA BUKA JALAN)
Lagu ini diciptakan oleh Don Moen setelah tragedi yang dialami keluarganya. Di suatu larut malam Don Moen menerima telpon yang memberitakan berita menyedihkan bahwa adik iparnya telah kehilangan putra sulungnya dalam suatu kecelakaan mobil.

Craig dan Susan Phelps dan keempat anak mereka sedang melakukan perjalanan dari Texas ke Colorado saat mobil mereka ditabrak oleh truk peti kemas. Pada saat tabrakan terjadi semua anak mereka terlempar keluar dari mobil, hanya mereka berdua saja yang masih di dalam mobil. Dengan susah payah mereka berdua mencari keempat anak mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat. Keempat anak mereka mengalami luka parah,tapi sewaktu Craig ( ia seorang dokter) mendapati Jeremy, anak itu telah meninggal karena patah leher, sehingga tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menolongnya.

Sewaktu Don Moen menerima kabar tersebut beberapa jam kemudian ia berkata, “Saya merasa terguncang, tapi besok saya harus terbang ke kota lain untuk melakukan rekaman sesuai dengan jadwal yang telah diatur beberapa minggu sebelumnya. Sekalipun saya tahu mereka berduka, saya tak dapat bersama mereka sampai satu hari sebelum pemakaman.

Dalam penerbangan pagi itu Tuhan memberinya suatu inspirasi baginya satu lagu baru dengan syair sebagai berikut , “God will make a way where there seems to be no way. He works in ways we cannot see. He will make a way for me. (Dia buka jalan saat tiada jalan, dengan cara yang ajaib Dia buka jalan ku)”

Dasar dari lagu ini adalah Yesaya 43:19,”Lihat, Aku hendak membuat membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?” Ya, aku hendak mebuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.”

Di kemudian hari Susan menulis,”Kami melihat kebenaran dari ayat tersebut.” Sewaktu teman-teman Jeremy mengetahui bahwa ia telah menerima Kristus sebelum ia meninggal, mereka mulai bertanya-tanya kepada orangtuanya masing-masing tentang suatu jaminan bahwa mereka dapat ke surga sewaktu mereka meninggal. Kecelakaan itu juga membawa berkat terselubung bagi Craig dan Susan, karena sejak peristiwa itu hubungan mereka dengan Tuhan semakin meningkat dan mereka masuk ke dalam pelayanan yang lebih lagi padaNya.

Susan juga menceritakan,” Di hari kecelakaan itu sewaktu saya keluar dari mobil untuk menolong anak saya, saya merasa bahwa putra sulung saya telah meninggal. Dan saya mempunyai pilihan untuk marah dan mengalami kepahitan atau secara total menerima semua rencanaNya pada saya. Dan saya pun melihat buah dari semua pilihan saya itu, dan pilihan yang saya ambil, akan berulang secara terus menerus. Saya merasa bahwa kematian putra saya tak sia-sia, begitu saya mengetahui di kemudian hari begitu banyak jiwa yang datang pada Tuhan karena tragedi ini. Benar ! Ia telah membuka jalan bagi kami sekeluarga.”

Segera setelah “God Will Make Away” masuk dapur rekaman, Don Moen menerima begitu banyak telpon, surat dan sharing yang menceritakan tentang tragedi yang mereka alami. Semua telpon dan surat yang masuk mempunyai tema yang sama bahwa Tuhan telah membuka jalan bagi mereka, saat mereka dalam keadaan putus harapan. Betapa Tuhan telah membawa mereka keluar dari situasi mereka yang tak ada harapan dengan memberi mereka kekuatan, iman dan harapan baru untuk menghadapi kehilangan yang mereka alami.

Kesaksian ini membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan akan membuka jalan bagi mereka yang menaruh harapan kepadaNya, dan hal ini bukanlah suatu hal yang sia-sia.

~ Halaman ke-4 ~

THE ROOM
Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti apa. “Aku membuat mereka terperangah,” kata Brian kepada ayahnya, Bruce. “Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis.” Dan itu juga merupakan tulisannya yang terakhir.


Orangtua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley,
Pickaway County, Ohio.

Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan sebelumnya, ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya. “Anda merasa seperti ada di
sana,” kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. “Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya,” kata Nyonya Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. “Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya.”

Inilah esai Brian yang berjudul “Ruangan”.

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik perhatianku berjudul “Cewek-cewek yang Aku Suka”. Aku mulai membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak, menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip ini.

Arsip berjudul “Teman-Teman” ada di sebelah arsip yang bertanda “Teman-teman yang Aku Khianati”. Judul arsip-arsip itu berkisar dari hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. “Buku-buku Yang Aku Telah Baca”. “Dusta-dusta yang Aku Katakan”. “Penghiburan yang Aku Berikan”. “Lelucon yang Aku Tertawakan”. Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan kekonyolannya: “Makian Buat Saudara-saudaraku”.

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: “Hal-hal yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku.”, “Gerutuanku terhadap Orangtuaku”. Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di
sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda “Pertunjukan-pertunjukan TV yang Aku Tonton”, aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda “Pikiran-Pikiran yang Ngeres”, aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu arsip in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani diri sendiri.

Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul “Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil”. Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu arsip. “Jangan!” seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan hanyalah “Jangan, jangan!” ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku. Ia menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, “Sudah selesai!”

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
(Yohanes 3:16)

~ Halaman ke-5 ~

AKU TAHU AKU BERHARGA
Saya teringat dengan salah satu cerita anak-anak yang pernah saya baca. Ada seekor buaya yang berwarna merah muda. Buaya ini tidak disukai oleh buaya-buaya yang lain. Tidak ada yang mau bergaul dengan dia. Semua buaya suka mengejeknya dan menganggapnya aneh dikarenakan warna tubuhnya yang berbeda. Hal ini membuat si buaya merah muda ini sedih dan terluka hatinya. Dia tidak bisa merubah dirinya menjadi seperti yang lain. Bahkan dia sendiri tidak tahu mengapa warna tubuhnya harus berbeda. Dia selalu sendirian. Hidupnya kesepian karena tidak ada teman bermain.

Suatu ketika, saat dia sedang berjalan-jalan di sebuah taman, dari kejauhan tampak olehnya seorang anak perempuan yang sedang asyik menyiram bunga-bunga di taman tersebut. Dia ingin mendekati anak perempuan itu. Jadi cepat-cepat dia melumuri tubuhnya dengan lumpur. Dan dia mendekati si anak perempuan itu. Namun tiba-tiba turun gerimis kecil yang membuat lumpur ditubuhnya luntur sehingga anak perempuan itu ketakutan dan berlari menjauhi si buaya merah muda itu.

Buaya merah muda semakin bertambah sedih, karena tidak dapat berteman dengan anak perempuan itu. Di hari lain, buaya ini bertemu lagi dengan anak perempuan itu. Dan sekarang, dia tidak berusaha untuk merubah warna tubuhnya lagi. Lalu, tak disangka-sangka, anak perempuan itu tersenyum manis sekali pada buaya ini. Anak perempuan itu mendekati dia, mengamati-amati dia dan tiba-tiba memeluk dia dan berkata bahwa dia adalah buaya paling cantik. Wah, buaya ini bahagia sekali. Ternyata anak perempuan ini tidak takut padanya, tidak menganggap dia aneh. Lalu anak perempuan ini membawanya pulang dan diperkenalkan kepada siapa saja yang ditemuinya. Buaya ini gembira karena dia diterima menjadi teman oleh semua orang dan anak perempuan itu pun bangga kepadanya karena ia adalah buaya merah muda yang baik dan lucu. Mereka pun bersahabat dan kemana anak perempuan ini pergi, dia selalu mengajak si buaya merah jambu.

Saya akui saya pernah dan masih sering merasa kalau saya seperti buaya merah muda itu. Saya juga pernah mengalami apa itu kesepian, sendirian, ditinggalkan, dijauhi, tidak diperdulikan. Dan sering saya berbuat sesuatu yang membuat orang lain bisa melihat saya bukan hanya kejelekkan saya saja tapi juga bahwa ada hal baik yang saya punya dan bisa saya lakukan. Seringkali juga tanpa sadar saya sudah bertindak diluar batas saking inginnya ada orang yang menghargai dan memandang saya. Tapi yang saya dapat malah sebaliknya dan mungkin lebih parah. Mereka semakin menjauhi saya. Dan itu membuat saya jatuh dalam kepahitan yang luar biasa, tanpa sadar bahwa ada satu orang yang perduli dan sangat mengerti siapa saya. Sudah terlalu lama Dia menunggu saya datang kepada-Nya, menyerahkan diri saya apa adanya. Dia adalah Yesus. Yang sangat mengasihi saya.

Saat orang lain meninggalkan saya, Dia justru menghampiri saya. Karena itu saya menyebut Dia : Sahabat. Sahabat yang sejati. Yang datang justru disaat yang lain pergi. Saya menyadari selama ini menyembunyikan diri saya dari-Nya. Karena saya berpikir kalau orang saja meninggalkan saya, apalagi Dia yang adalah Tuhan. Saya sadar, terlalu banyak luka yang saya torehkan ditubuh-Nya hanya karena saya ingin penghargaan dari manusia. Padahal Tuhan sudah begitu menderita, membuat diri-Nya tidak dihargai hanya untuk saya yang sangat berharga bagi-Nya.

Yesus tidak pernah menuntut kita untuk menjadi sempurna. Yesus tidak pernah menyuruh kita memakai topeng hanya supaya dipandang baik dan bagus oleh manusia. Dia ingin kita apa adanya, sejujurnya kita, tidak berpura-pura, tidak munafik. Ia sangat mengerti dan memahami kita. Yesus tidak pernah memandang kita rendah, hina, kotor, karena dosa yang telah kita lakukan. Dia sudah membersihkan semuanya dengan airmata dan darah-Nya. Yesus meyakinkan kita bahwa bahkan dosa pun tidak dapat menggagalkan rencana-Nya atas hidup kita.

Terima kasih Tuhan Yesus.. Mulai saat ini saya pun mau untuk melihat orang lain seperti Engkau memandang mereka. Dan melihat diri saya sendiri seperti Engkau memandang saya. Karena hidup kami berharga di mata-Mu.


No matter how badly we have failed,we can always get up and begin again.Our God is the God of new beginnings.

~ Halaman ke-6 ~

Rabu, 02 Juli 2008

EDISI 02 Tahun 2009

KEBIASAAN BURUK
[ Kolose 3:5-10 ]

"...karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui. .." [ Kolose 3:9b-10a ]

Rambut seberat 4,5 kg ditemukan di perut seorang gadis! Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Percaya atau tidak, hal ini terjadi pada seorang gadis berusia 18 tahun di Chicago. Dokter Ronald Levy dan Srinadh Komanduri dari pusat medis Rush University Medical Center di Chicago menemukan gulungan rambut yang hampir memenuhi seluruh bagian perut gadis yang diperiksanya. Gadis ini selalu muntah setiap kali makan, perutnya semakin membesar sementara berat badannya berkurang 18 kg selama
lima bulan terakhir. Tindakan operasi dilakukan untuk mengangkat rambut itu. Selidik punya selidik ternyata gadis ini bertahun-tahun memiliki kebiasaan memakan rambutnya sendiri. Kondisi ini disebut trichophagia. Sungguh, sebuah kebiasaan yang harus ditinggalkan.

Kebiasaan buruk gadis ini telah membawa penderitaan baginya, bagaimana dengan kita? Adakah kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering kita lakukan dan akan berdampak buruk di kemudian hari? Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan, dan Juruselamat, kita dilahirkan sebagai manusia baru. Tetapi sekalipun kita menjadi ciptaan baru, kebiasaan manusia lama kita tidak otomatis hilang dari hidup kita. Meninggalkan kebiasaan manusia lama dan mengganti dengan kebiasaan manusia baru adalah proses dari hari ke hari. Berhasil atau tidaknya tergantung dari pilihan kita. Bila kita berhasil menolak mengikuti kebiasaan buruk manusia dan memilih kebiasaan manusia baru, maka inilah yang dinamakan pertumbuhan rohani. Bila hal ini terus menerus terjadi, maka kita akan semakin dewasa dalam keimanan kita.

Jangan biarkan kebiasaan buruk mengikat kita. Saatnya kita berkata "TIDAK" kepada kebiasaan manusia lama, agar dampaknya tidak semakin memburuk. Percayalah setiap kebiasaan pasti akan berdampak, baik atau buruk tergantung kita!!!

KEBIASAAN BURUK AKAN BERDAMPAK BURUK.
KEBIASAAN BAIK AKAN BERDAMPAK BAIK.

~ Halaman ke-1 ~

Iman Bukan Kebiasaan
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Matius 17:24-27
Tema yang hendak disampaikan dalam Matius 17 adalah tentang IMAN. Iman sejati adalah reaksi yang tepat kepada Kristus sebagai objek iman yang sejati. Banyak penafsir beranggapan bahwa Matius 17:24-27 adalah berbicara mengenai bea Bait Allah. Kalau memang demikian, berarti pembahasan ayat di atas lepas dari tema IMAN yang sedang dibahas pada ayat-ayat sebelumnya.
Matius 17:1-13 membahas tentang bagaimana kita seharusnya beriman yaitu dengan mendengarkan Kristus kemudian taat kepada Dia. Iman sejati mempunyai 2 unsur yaitu reaksi yang tepat dan objek iman yang benar dan tepat yaitu Kristus. Kalau hanya terpenuhi 1 unsur saja maka dapat dikatakan bukan merupakan iman sejati.
Matius 17:14-21 membahas tentang iman bukan dilihat dari besar atau kecilnya iman. Iman dikatakan besar atau kecil hanya dalam hal pertumbuhan iman, yaitu bagaimana kita semakin mengerti iman kita, seharusnya kita semakin taat dan setia kepada Kristus. Masalah yang utama adalah punya iman atau tidak. Kalau punya iman, walau sebiji sesawi pun akan sanggup memindahkan gunung. Kalau kita taat kepada Kristus sebagai objek iman sejati maka kita akan berhasil, bukan karena kita yang hebat tapi karena Kristus sendiri yang bekerja; tapi kalau kita menuruti ambisi diri maka kita akan gagal dan hancur. Kalau Tuhan yang mau, maka jadilah.
Matius 17:22-23 membahas tentang implikasi iman dalam hidup kita. Problem iman yang besar adalah bagaimana kita bereaksi kepada Kristus yang adalah Mesias dan Anak Allah yang hidup. Dalam ayat di atas diceritakan bahwa murid-murid Tuhan Yesus masih belum bisa percaya bahwa salib adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan, salib adalah satu-satunya jalan mengatasi problema dosa.
Matius 17:24-27 bukan membahas tentang bea Bait Allah, tetapi membahas tentang di mana letak permasalahannya dan bagaimana caranya supaya kita bisa beriman dengan tepat.
1. Dengan iman yang tepat kita akan bisa menerobos batas (break through)
Dalam Matius 17:24-27 diceritakan bahwa Petrus didatangi pemungut bea Bait Allah. Tidak jelas sejak kapan bea ini menjadi sesuatu yang rutin dan wajib dikerjakan. Semula bea ini merupakan persembahan untuk pendamaian nyawa (Keluaran 38:25-26). Persembahan ini sebenarnya hanya sekali saja dilakukan, tapi dalam perjalanannya menjadi iuran wajib. Hal seperti ini seringkali terjadi di dalam gereja, misalnya persembahan persepuluhan yang semula merupakan komitmen kita untuk mempersembahkan kepada Tuhan 10% dari berkat yang telah kita terima dari Tuhan kemudian dijadikan iuran wajib oleh gereja. Bagaimana seharusnya reaksi yang tepat terhadap hal seperti ini? Bagaimana kita bisa menghidupi reaksi yang tepat kepada Tuhan dalam menghadapi setiap persoalan dalam hidup ini? Kalau kita tidak bisa bereaksi dengan tepat kepada Tuhan maka kita akan bereaksi tidak tepat pula (ngawur) terhadap dunia ini.
Cerita dalam Matius 17:24-27 ini dimulai dengan Tuhan Yesus dan murid-muridNya kembali ke Kapernaum, yaitu markas Tuhan Yesus. Kapernaum adalah kota kecil di dekat Galilea tapi tidak nempel dengan danau. Dugaan beberapa penafsir, Tuhan Yesus menginap di rumah Petrus di Kapernaum, tapi agak sulit diterima kalau Petrus sebagai nelayan tinggal di Kapernaum yang tidak nempel dengan danau, tapi mungkin juga Petrus sudah tidak lagi menjadi nelayan. Petrus menjadi juru bicara Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sudah 3 tahun di Kapernaum, jadi orang-orang di Kapernaum pasti tahu Tuhan Yesus. Konyolnya, pemungut bea tidak bertanya langsung kepada Tuhan Yesus tapi bertanya kepada Petrus.
Ketika Petrus ditanya apakah Gurunya membayar bea, dia menjawab dengan spontan, “Memang membayar.” Jawaban spontan ini keluar karena hal membayar bea dianggap sebagai hal biasa. Di dunia ini banyak orang yang hanya bisa menjadi ekor yang hanya mengikuti orang lain tanpa alasan yang tepat tetapi hanya karena alasan “biasa”. Orang yang “sukses” adalah orang yang bisa menerobos batas. Pembentuk trend adalah orang yang tidak “biasa”, nanti akan ada yang menjadi pengikutnya.
Menerobos batas ada 2 macam yaitu :
1. eksentrik (keluar dari pusat, arus putar ke luar), membentuk orang nyentrik, orang yang tambah gila, misalnya baju yang sebelah kiri warna hijau dan sebelah kanan warna merah.
2. konsentrik (menuju ke pusat yaitu arus putar ke dalam). Orang Kristen seharusnya demikian, kalau dunia putar ke luar, kita putar balik ke dalam. Reformed Theology meneriakkan kembali kepada Alkitab, tambah hari tambah balik ke pusat yang asli yaitu kebenaran sejati. Konsentrik akan menjadikan kita stabil, sedangkan eksentrik akan menjadikan kita labil dan bingung.
2. Dengan iman yang tepat kita akan bisa memberikan jawaban yang tepat.
Dalam Matius 17:25 diceritakan bahwa Tuhan Yesus mendahului bertanya kepada Petrus sebelum Petrus masuk ke rumah. “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Petrus menjawab, “Dari orang asing!” Jawaban ini tidak cocok dengan jawaban Petrus kepada pemungut bea. Berarti Petrus menjawab dengan ngawur, sehingga kepada tiap orang jawabannya lain dan tidak sambung / bertentangan satu sama lain. Hal ini terjadi karena reaksi Petrus kepada Kristus tidak tepat. Respon sejati seharusnya dipikir baiik-baik, sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Kalau kita menjawab karena takut kepada manusia dan ingin menyenangkan manusia maka jawaban kita menjadi ngawur. Basis jawaban kita seharusnya berpusat kepada Kristus yang berdaulat atas kita. Jangan asal jawab ! Iman sejati memberikan kepada kita jawaban sejati.
Iman bukan hanya ada di awang-awang tapi iman itu nyata, yaitu bagaimana kita menghadapi persoalan di dunia ini, bagaimana kita bereaksi dengan tepat kepada Kristus ketika kita menghadapi persoalan di dunia ini. Kalalu iman kita tepat maka jawaban kita juga tepat.
Raja dunia kalau menarik pajak dari siapa? Petrus mengakui Kristus adalah Tuhan, Raja di atas segala raja. Kalau memang demikian, seharusnya Petrus menjawab bahwa Tuhan Yesus tidak perlu bayar bea, Dialah pemilik alam semesta ini, justru seharusnya manusia yang harus bayar kepada Tuhan Yesus. Semua persembahan seharusnya diberikan kepada Tuhan. Kita seringkali tidak menempatkan Kristus sebagai Allah kita. Kalau ada yang tanya tentang Kristus, seharusnya kita jawab bahwa Dia adalah Tuhan, Raja di atas segala raja. Kita seringkali takut menyatakan kebenaran. Konsep tentang Allah adalah pemilik hidup kita seringkali tidak diaplikasikan dalam hidup kita. Iman sejati adalah iman yang menyatakan siapakah Kristus itu. Hampir seluruh kekristenan sudah salah memandang kepada Kristus. Kristus diperlakukan sebagai pembantu, sebagai teman baik. Kristus adalah satu-satunya objek iman yang patut kita pegang. Kalau kita berpegang kepada Kristus kita tidak akan hanyut oleh arus dunia.
Bea Bait Allah sebesar 2 dinar adalah setara dengan gaji 2 hari kerja waktu itu, tidak terlalu besar. Masalah besarnya uang 2 dinar tidaklah penting tapi yang penting adalah harus bayar atau tidak. Respon kita benar atau tidak dalam hal ini. Petrus gagal melihat bahwa Tuhan Yesus adalah Allah, sehingga orang lain juga hanya bisa melihat Tuhan Yesus sebagai Guru bukan Tuhan. Seberapa jauh kita menjadi pembawa berita kebenaran yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Raja di atas segala raja?
3. Dengan iman yang tepat kita akan melihat perubahan drastis.
Iman bukan sekedar teori tapi terobosan yang dasyat di dalam bijaksana terbesar. Iman Kristen bukan iman duniawi, memakai cara duniawi dengan format duniawi. Itu bukan iman Kristen. Kekristenan asli adalah menerobos dengan iman sejati berdasarkan bijaksana sejati.
Matius 17:27 memperlihatkan bijaksana yang dasyat dari Kristus. Petrus sadar dia sudah salah jawab kepada pemungut bea. Dalam kondisi seperti ini, ada macam-macam pilihan reaksi yang dapat timbul yaitu :
1. Karena sudah berani bicara, maka harus lakukan, dalam hal ini bayar bea. Tetapi hal ini dapat berdampak buruk terhadap status Tuhan Yesus. Dia yang adalah Allah, Raja di atas segala raja masakan dibayarkan oleh anak buah.
2. Mencabut omongan, katakan kalau tidak mau bayar. Hal ini akan memalukan Petrus.
3. Yesus yang bayarkan. Hal ini salah juga, karena Raja di atas segala raja seharusnya tidak perlu bayar.
Situasi ini cukup pelik. Cara penyelesaian yang dilakukan Kristus adalah secara totalitas (keseluruhan), merupakan cara neither nor. Kalau diberi pilihan a atau b, jawabnya adalah z. Jangan mau di dikte. Tuhan kita adalah satu-satunya pemberi solusi terbaik, jawaban terbaik. Waktu Kristus dihadapkan dengan perempuan yang berzinah, Dia ditanya oleh orang banyak, perempuan itu harus dirajam atau tidak. Tuhan Yesus dihadapkan pada 2 pilihan saja yaitu rajam atau tidak. Jawaban Yesus: siapa yang tidak berdosa lempar batu pertama; Tuhan Yesus tidak dikunci oleh pilihan.
Jawaban Tuhan Yesus atas persoalan yang dihadapi Petrus di atas adalah : Petrus harus jalan ke danau, lalu mancing, di dalam mulut ikan pertama yang diperoleh ada uang 4 dirham, pakai uang tersebut untuk bayar bea. Jadi yang bayarkan bea adalah ikan yang dipakai Tuhan. Petrus tidak menjadi malu, Tuhan Yesus sebagai Raja di atas segala raja juga tidak melakukan pembayaran.
Tuhan punya cara dan sistim yang di luar pemikiran kita. Otak kita cuman 300 cc, tidak sanggup memikirkan pemecahan persoalan dunia. Percayakan kepada Kristus, maka Dia yang akan menyelesaikannya. Iman Kristen adalah realistis. Beriman kepada Kristus berarti kita melakukan terobosan. Saat kita terjepit, Tuhan akan menaruh perkataan dalam mulut kita. Allah memelihara kita senantiasa (providensia Allah). Cara kita sendiri tidak akan sanggup menyelesaikan masalah, perlu balik kepada Tuhan sebagai bijaksana tertinggi. Dunia tidak butuh orang pintar tapi butuh orang bijaksana yang setiap kali jalan berdasarkan ketaatan kepada kehendak Tuhan. Mari kita pakai cara Tuhan. Kita harus kembali kepada Tuhan, beriman kepada Tuhan.
Matius 17:27 meminta kita untuk tahu bagaimana menyelesaikan pergumulan hidup, tahu bagaimana bijaksana Tuhan menyelesaikan setiap persoalan, tahu beriman kepada Tuhan. Hal ini akan membawa kita kepada kebahagiaan. Iman Kristen bukan hanya untuk hari ini saja, tapi untuk seluruh perjalanan waktu hidup kita, kita harus jatuh bangun dalam menghidupi iman kita, yang akan membawa kita semakin hari semakin bersandar kepada Tuhan. Itulah pertumbuhan, itulah proses pengudusan (sanctification). Amin

~ Halaman ke-2 ~

HARGA MUJIZAT
Sally baru berumur 8 thn ketika dia mendengar Ayah Dan Ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi.

Kakaknya sakit dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya saat ini tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya sekarang. Sally masuk ke kamarnya mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3x dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah hitung.

Dia memasukkan uang koin tsb kedalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya menuju kesebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya sang apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia mulai menghentak-hentakkan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si kecil Sally.

Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. "Apa yang kau mau?" tanya si apoteker dengan keras. "Saya sedang berbicara dengan saudara saya." "Baik, saya ingin berbicara tentang kakak saya," Sally menjawab dengan nada yang sama "Dia sakit, dan saya ingin membeli suatu Mujizat."

"Maaf, apa yang kamu katakan ?," kata si apoteker.

"Ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya, nah sekarang berapa harga mujizat itu ?"

"Kami tidak menjual mujizat disini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu."

"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya" kata Sally dengan suara yang tidak kalah lantangnya.

Seorang pria dengan berpakaian rapi duduk jongkok dihadapannya Dan bertanya ...... "Mujizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?"

"Saya tidak tahu," jawab Sally. Air mata mulai mengalir dipipinya "Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan Ibu mengatakan kalau dia harus dioperasi. Tapi keluarga saya tidak dapat membayarnya. ......jadi saya mengambil tabungan saya.

"Berapa banyak yang kau punya?" tanya pria itu. "Satu dollar 11 sen," jawabnya dengan bangga. "Dan inilah semua uang yang saya punyai didunia ini."

"Sesuatu yang diluar logika," Senyum pria tadi Satu Dollar 11 sen...harga yang tepat untuk mujizat yang menyelamatkan kakaknya. Dia mengambil uang itu dan dengan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata : "Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu".

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia membantu menyembuhkan kakak Sally. Operasi berjalan sempurna tanpa bayaran dan tidak berlangsung lama sampai akhirnya Georgi kecil pulang ke rumah dan sembuh total, Ayah dan Ibunya sangat bahagia untuk peristiwa ini.

"Operasi itu......sebuah keajaiban.....Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan dan kami tidak membayarnya sedikitpun.. .." kata sang Ibu.

Sally tersenyum sendiri..... .Dia tahu persis berapa harga mujizat untuk kesembuhan kakaknya.... Satu Dollar 11 sen dan tentu saja ditambah dengan IMAN dari si kecil Sally, seperti firman Tuhan yang berkata " jika engkau mempunyai iman sebesar biji sesawi maka engkau dapat berkata kepada gunung itu untuk beranjak dari tempatnya".

"And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are the called according to His purpose" [ Roman 8:28 ]

~ Halaman ke-3 ~

TIDAK MENGENAL KATA TERLAMBAT
Lima
belas tahun yang lalu, Morjorie Newlin yang ketika itu berusia 72 sedang berbelanja di supermarket. Karena ada obral, dia membeli sekitar 25 kilo makanan kucing untuk peliharaannya. Sebagai janda yang berusaha untuk hidup mandiri, dia merasa kesal karena kepayahan mengangkat belanjaannya dan dia memutuskan untuk ikut bergabung di klub fitness di dekat rumahnya di Mt Airy, Philadelphia USA .

Richard Brown, pelatih di tempat fitness Rivers Gym sempat geli melihat nenek yang sudah punya 4 cucu dan 2 cicit ini mulai mengikuti latihan. Namun nenek tua ini rajin berlatih hari demi hari, minggu demi minggu sampai setahun kemudian berhasil mengangkat beban sekitar 50 kilo dan tubuhnya memiliki bentuk seperti layaknya orang yang berlatih bodybuilding.

Mulai berprestasi di usia yang sudah lanjut.

Karena dapat dorongan dari si pelatih fitness, akhirnya nenek Morjorie bersedia ikut lomba body building Amateur Athletic Union yang terbuka untuk umum. Sebagai seorang Katholik sebetulnya dia merasa risih karena harus memakai bikini selayaknya atlit binaragawan ketika sedang berlomba. Namun singkat cerita dia ikut di lomba itu dan berhasil menjadi juara untuk kategori diatas 45 tahun. Penonton histeris ketika diumumkan bahwa pemenangnya sudah berusia 74 tahun.

Itulah awalnya sampai Morjorie kemudian mengikuti banyak perlombaan yang membawanya sampai ke Itali, Jerman, dan Perancis. Sampai tahun lalu dia telah mengoleksi 40 piala dan banyak piagam-piagam penghargaan yang mengisi satu kamar penuh di rumahnya. Prestasi yang memberi inspirasi ini bahkan telah membawa dia muncul di acara TV Oprah Winfrey Show, Today's Show dan juga membawa Morjorie menjadi pembicara moitivasi di seminar-seminar.

Morjorie yang seorang pensiunan perawat ini telah menunjukkan bahwa ketekunan menghasilkan prestasi. Lebih dari itu dia telah memberi contoh bahwa umur bukanlah penghalang untuk berprestasi.

Tidak menyerah sekalipun mengidap penyakit yang berat.


Tahun lalu nenek Morjorie tidak lagi ikut pertandingan namun tetap berlatih 3 kali seminggu sampai pertengahan tahun lalu ketika dia merayakan ulang tahunnya yang ke-87 di Bally Total Fitness, Cedarbrook. Morjorie yang sebetulnya mengidap penyakit Leukumia ini, berhenti berlatih di bulan Oktober lalu ketika penyakitnya sudah semakin parah.

Saya tertarik tentang kisah hidup nenek Morjorie dan ingin menuliskannya dalam sebuah artikel. Hari ini ketika saya ingin mengupdate tentang Nenek Morjorie, saya terkejut mengetahui bahwa akhir minggu yang lalu, nenek Morjorie telah wafat. Memang Nenek Morjorie telah tiada, namun wanita sederhana ini telah memberi inspirasi kepada banyak orang dengan apa yang diperbuatnya di usianya yang lanjut.

Mendengar tentang Nenek Morjorie mengingatkan kita tentang Kaleb (Yos
14:10). Di usianya yang ke-80, dia meng-klaim janji Tuhan melalui Musa mengenai tanah perjanjian yang menjadi bagiannya. Dan bersama kaumnya dia menaklukkan raksasa-raksasa yang berkuasa di Hebron dan menjadikan Hebron tanah warisannya.

Tidak menyerah sebelum mencapai garis akhir.

Banyak dianatara kita mungkin putus asa dengan kegagalan yang kita alami setelah berkarir selama 20 tahun atau 30 tahun mungkin. Tapi kesaksian Yosua dan nenek Morjorie di atas memberi inspirasi bahwa sebelum kita menghadap Tuhan Yesus, masih ada kesempatan bagi kita untuk melakukan seusatu yang berarti dengan hidup kita.

Seperti kata Rasul Paulus, .. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (Fil 3:13b)

lalu mengarahkan diri untuk mengejar suatu prestasi dalam hidup ini, ... dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil 4:14)


Tidak pernah menyerah. Terus berprestasi. Berlari sampai garis Finish.

~ Halaman ke-4 ~

"NOT ME, BOSS"
Ini cerita dari seorang teman yang bertahun silam pergi ke Papua New Guinea untuk urusan bisnis. Ia ditemani oleh dua orang temannya dan tinggal di sebuah rumah di pedalaman. Rumah ini dirawat oleh seorang lokal, yang tugasnya hanya dua yakni merawat rumah dan memasak. Semuanya oke-oke saja, kecuali satu hal: mereka punya satu botol anggur yang mahal yang disimpan di ruang makan, yang setiap harinya sepertinya terus berkurang padahal mereka tidak pernah meminumnya. Anggur ini mahal dan mereka ingin menyimpannya untuk acara spesial. Yang mereka temukan adalah setiap hari jumlahnya sedikit demi sedikit berkurang.

Mereka pun memutuskan untuk mengukur kekurangannya dengan membuat garis kecil pada botol, sehingga apabila memang berkurang lagi mereka bisa tahu dengan jelas. Dan setelah membuat garis tersebut, mereka menemukan memang jumlah anggur dalam botol tersebut berkurang terus setiap hari, walau sedikit demi sedikit. Mereka tidak punya tertuduh lain lagi selain sang penunggu rumah lugu tersebut, sebab ketiganya memang jarang di rumah.

Suatu kali ketiganya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan mereka merencanakan memberi pelajaran si penunggu rumah. Mereka mengambil botol anggur dan mengganti isinya dengan air seni mereka. Setelah itu mereka letakan kembali seperti biasa. Dan yang mereka temukan, setiap hari jumlah air seni ini pun berkurang seperti halnya anggur.

Suatu hari mereka tidak tega lagi membayangkan bahwa si penunggu rumah yang baik hati ini sampai meneguk air seni mereka. Mereka memutuskan untuk memanggil si penunggu rumah dan menanyakan perihal anggur. Dan dengan gaya yang tidak menuduh langsung, mereka mengatakan bahwa mereka perhatikan persediaan anggur mereka di satu-satunya botol di rumah itu selalu menipis, dan pasti ada seorang di rumah ini yang meminumnya!

Serta merta si penunggu rumah polos ini menyahut "Not me, Boss! Selama ini saya hanya selalu pakai untuk keperluan memasak untuk para Boss!"

Moral kisah :
Kalau bisa bertanya, kenapa berasumsi?
Kalau bisa sederhana, kenapa dibuat rumit?
Kadang kita justru mendapatkan akibat dari perbuatan kita sendiri, yang sebenarnya tidak perlu.

~ Halaman ke-5 ~
TIDAK BERPIKIR NEGATIF
Suatu ketika ada seorang pemabuk terkapar di pinggir jalan. Ia tidak menyangka bahwa di tempat di mana ia berbaring ada segumpal kotoran ayam tergeletak di situ. Kotoran itu secara otomatis teroles di ujung hidungnya. Ketika merasa kuat, si pemabuk itu bangun melanjutkan perjalanan. Setibanya di rumah, sang isteri menyajikan hidangan makan malam baginya. Apa yang terjadi? Hidangan makan malam itu batal disantapnya karena semua menu yang ada beraroma kotoran ayam. Sontak saja si pemabuk itu marah-marah. Sang isteri menjadi korban beragam jurus tendangan dan kepalan tinjunya. Cek dan recheck, ternyata asal muasal aroma itu terletak di ujung hidung si pemabuk itu.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, si pemabuk kisah tadi begitu cepat menghakimi isterinya. Ia telah menganggap isterinya bersalah padahal letak kesalahan itu ada pada dirinya sendiri. Sayangnya, ia tidak sempat melihat kesalahan atau kekeliruan pada dirinya tetapi justru pada diri orang lain. Pengalaman yang sama seringkali tak luput dari praktek hidup kita sehari-hari. Acap kali kita begitu cepat menghakimi orang lain, menuding orang lain, melihat keburukan atau kekurangan orang lain, berpikir negatif tentang orang lain tanpa mengoreksi diri kita sendiri. Kita cenderung menganggap diri kita lebih benar daripada orang lain. Corak hidup semacam inilah yang ditentang Yesus dalam perkataan-Nya, "Mengapa engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau lihat?" [Matius 7:3]. Yesus menghendaki agar balok dari mata kita sendiri dikeluarkan terlebih dahulu, maka kita akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbat di mata saudara kita [Matius 7:5]. Artinya, kita tak boleh mempunyai prasangka buruk atau pikiran negatif tentang orang lain, tidak cepat menghakimi orang lain tanpa mengoreksi diri kita sendiri terlebih dahulu. Sebaiknya kitalah yang terlebih dahulu menata diri kita dengan baik.

~ Halaman ke-6 ~

TIPS MEMBUAT SURAT LAMARAN PEKERJAAN

Sudah ribuan lamaran kerja dikirim tapi belum ada balasan? Mungkin salah
satu tips dibawah ini adalah masalahnya..
1. JANGAN TERLALU BANYAK MENGGUNAKAN SINGKATAN
Dgn Hrmt.
ttrk dgn ikl lwg krj yg dmt pd srt kbr edisi sls , sy brmskd mengisi lwg yg
bpk bthkn,
rdri thn 1999 - 2004 , sy tlh bkj di aptk km farma , di bag cln srv.
dri thn 2004-2005 , sy bkj di LC bank sbg kabag keu.
dri thn 2005- smp skrg jd tkg pkr di BIp

2. JANGAN TERLALU BANYAK LAMPIRAN
sebagai bahan pertimbangan bapak , bersama ini saya sertakan :
a. foto copy KTP bapak saya
b. pas foto saya waktu disunat
c. surat kelakuan baik seluruh keluarga saya
d. bon hutang selama 1 tahun
e. proposal permintaan sumbangan pembangunan mesjid di Rt saya

3. BAHASANYA SOK GAUL
Dgn hromat banget , boss!!!!
halo boss , capee deeehhh!!!! apa kabar nich.....? baik baik aja dong , iya kan iya dong , bener kan bener dong....? saya mo ngelamar kerja nich..boleh dong...please. ..boleh ya...?

4. BAHASANYA SOK PREMAN.
gue pernah kerja di kantor bokap, tapi lantaran gue sering bolos sama sering ngegodain skertaris kantor, gue dikeluarin, setan banget deehhh!!!! makanya sekarang gue ngelamar kerja di kantor elo , ga usah khawatir soal
jabatan deh.....gue sih yg penting dibayar gede sama elo. ok deh!! gue tunggu panggilan kerja! dari elo di rumah gue , kalo sampe tiga hari belom juga ada panggilan , elo bakal tau sendiri akibatnya... .!!!!!!!

5. BAHASANYA SOK AKRAB.
Dengan hormat ,
hai apa kabar nih...? baik baik aja kan ...? saya juga ketika menulis surat ini dalam keadaan sehat wal afiat, semoga kamu juga baik baik aja seperti saya disini. ngomong ngomong gimana kabar anak anak , sehat kan ..? istri pasti makin cantik aja.....salam aja ya buat mereka. oya ..hampir lupa, saya bermaksud melamar pekerjaan pada perusahaan kamu bisa kan?

6. TERLALU RESMI DAN BERTELE TELE.
Dengan segala hormat,
Setelah saya membaca iklan lowongan pekerjaan di surat kabar ternama di ibukota yang oplagnya 3 juta exemplar per harinya , saya sangat tertarik sekali dengan iklan yang anda muat di halaman 16 kolom 6 seperti pada lampiran surat lamaran saya ini. oleh karena itu saya bermaksud untuk melamar pekerjaan tersebut dan juga sekalian harapan saya , dengan surat lamaran ini kita bisa mempererat tali perkenalan antara kita berdua.

~ Halaman ke-7 ~

EDISI 12 Tahun 2008

YESUS TERANG DUNIA
Perhatikanlah suara-Ku, hai bangsa-bangsa, dan pasanglah telinga kepada-Ku, hai suku-suku bangsa! Sebab pengajaran akan keluar dari pada-Ku dan hukum-Ku sebagai terang untuk bangsa-bangsa (Yesaya 51:4).

Umat Allah memahami bahwa terang itu berasal dari Allah, pada waktu penciptaan alam semesta, matahari tidak diciptakan pada hari pertama. Namun Alkitab berbicara jelas bahwa terang itu diciptakan Allah, bukan Matahari yang menciptakan terang.

* Kejadian 1:3-5
1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Matahari dan benda-benda penerang justru diciptakan pada hari yang keempat. Menunjukkan bahwa Allah-lah sumber/ origin dari terang itu. Dalam pembukaan Injil Yohanes, telah disampaikan bahwa hakekat Yesus Kristus adalah Allah, Dia adalah Sang Firman, Dia adalah Sang Pencipta, didalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia :

* Yohanes 1:1-5
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadidari segala yang telah dijadikan.
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Yesus Kristus adalah Allah yang inkarnasi ke dunia, dalam pelayananNya di dunia, Ia menyatakan diriNya dengan kalimat Ilahi, sbb :

* Yohanes 8:12
LAI TB, Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

KJV, Then spake Jesus again unto them, saying, I am the light of the world: he that followeth me shall not walk in darkness, but shall have the light of life.

TR, παλιν ουν ο ιησους αυτοις ελαλησεν λεγων εγω ειμι το φως του κοσμου ο ακολουθων εμοι ου μη περιπατησει εν τη σκοτια αλλ εξει το φως της ζωης
Translit interlinear, palin {pula} oun {lalu} ho iêsous {Yesus} hautois {kepada mereka}elalêsen {mengatakan} legôn {berkata} egô eimi {Akulah} to phôs {Terang} tou kosmou {(manusia di) dunia} ho {orang yang} akolouthôn {mengikuti} emoi {Aku} ou mê {pasti tidak} peripatêsei {akan berjalan} en {di dalam} tê skotia {kegelapan} all {melainkan} exei {ia akan mempunyai} to phôs {terang} tês zôês {yang memberi hidup (kekal)}

Catatan :
Kata Yunani φως - phôs yang diterjemahkan dengan "terang/ light", berasal dari kata kerja φαινω – phainô, "menyinarkan" dan senantiasa berhubungan dengan berkas-berkas cahaya. Kata "Dunia" menerjemahkan kata Yunani κοσμος – kosmos yaitu umat manusia di dunia.

Yesus menyatakan dirinya dengan kalimat Ilahi "Akulah (Yunani, "εγω ειμι - egô eimi", Ibrani, אֲנִי־הוּא - ANI HU) Terang Dunia". Ayat ini paralel dengan Yohanes 1:4-5 yang menulis "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya".

Hari Raya Tabernakel di Yerusalem :
Beberapa penafsir berpendapat bahwa, perkataan Tuhan Yesus ini disampaikan pada waktu hari raya Tabernakel (tahun ini menurut kalender Yahudi jatuh pada 26 September – 3 Oktober 2007). Perayaan itu merupakan sebuah perayaan sebagai penghormatan terhadap Allah yang hidup, yang telah memimpin umat Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun selama 40 tahun. Dan mereka tinggal di dalam pondok-pondok, hal itu dilakukan seperti ketika mereka hidup pada masa pengembaraan di Semenanjung Sinai. Hari raya ini juga disebut hari raya "Pondok Daun" karena orang-orang Yahudi pada zaman itu mendirikan kemah-kemah dari daun-daun di pelataran Bait Allah/ Bait Suci di Yerusalem, untuk memperingati pengembaraan mereka dari tanah Mesir ke tanah Perjanjian. Hari Raya ini dilangsungkan dalam musim gugur, pada waktu panen atau panen anggur, dan yang bertujuan bersyukur kepada Allah dengan mempersembahkan kepada-Nya sebuah keranjang penuh buah-buahan. Pemberian nama "Pondok Daun" juga untuk mengenang pondok-pondok dari dedaunan yang menjadi tempat tinggal para pekerja selama pekerjaan panenan, serta pondok-pondok yang didirikan di Yerusalem selama tujuh hari pesta, lalu ditutup dengan hari ke delapan sebagai hari tambahan.

Dan, menurut tradisi Yahudi, pada waktu malam dimana matahari tidak bersinar, orang-orang yang sedang melaksanakan hari raya Tabernakel itu menyalakan dua lampu emas di sisi dari altar korban bakaran. Dan cahaya lampu itu menebarkan sinarnya di atas halaman Bait Suci. Itu adalah sebuah peringatan terhadap pemeliharaan Allah, yang telah memimpin umatNya dengan tiang api pada waktu malam dan tiang awan pada waktu siang. Jadi, Tuhan Yesus berdiri di halaman Bait Suci dan melihat lampu emas itu dan menyampaikan perkataan Ilahi ini: "Akulah terang dunia" (Yunani, "εγω ειμι το φως του κοσμου - egô eimi to phôs tou kosmou").

Hari raya ini dalam Alkitab bahasa asli Ibrani, adalah KHAG HASUKOT :

* Imamat 23:34
LAI TB, Katakanlah kepada orang Israel, begini: Pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu ada hari raya Pondok Daun bagi TUHAN tujuh hari lamanya.

KJV, Speak unto the children of Israel, saying, The fifteenth day of this seventh month shall be the feast of tabernacles for seven days unto the LORD. Jewish Publication Society Tanakh, Speak unto the children of Israel, saying: On the fifteenth day of this seventh month is the feast of tabernacles for seven days unto the LORD.

Biblia Hebraic Stuttgartensia (BHS), Hebrew with vowels,
דַּבֵּר אֶל־בְּנֵי יִשְׂרָאֵל לֵאמֹר בַּחֲמִשָּׁה עָשָׂר יֹום לַחֹדֶשׁ הַשְּׁבִיעִי הַזֶּה חַג הַסֻּכֹּות שִׁבְעַת יָמִים לַיהֹוָה׃

Translit, DABER 'EL-BENEI YISRA'EL LE'MOR BAKHAMISYAH 'ASAR YOM LAKHODESY HASYEVI'I HAZEH KHAG HASUKOT SYIV'AT YAMIM LAYEHOVAH (baca ADONAY)

Catatan :
Kata Ibrani " חג - KHAG (hari raya/ perayaan/ festival) paralel dengan kata Arab "Hajj (الحجّ)", haji. Hal ini dapat dibaca dalam AlKitab al-Muqaddas (Alkitab berbahasa Arab).

Misalnya istilah Ibrani syir ha-ma'a lot (nyanyian orang-orang yang naik ke kota suci Yerusalem untuk ber-KHAG (berhari-raya) diterjemahkan dalam bahasa Arab Nasid al-Hujaj (nyanyian orang-orang yang ber-hajji). Lihat Mazmur 120-146, Alkitab Al-Muqaddas ay Kitab al-'Ahd al-Quran wa al-'Ahd al-jadid (Beirut: Dar al-Kitab Al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1996, dalam Bambang Noorsena, Yesus Terang Dunia).

Hari Raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem :
Ada juga beberapa penafsir yang berpendapat bahwa, Tuhan Yesus Kristus ketika berbicara tentang hal itu adalah pada masa menjelang hari raya Hanukkah (Ibrani, חנוכה dibaca : Chanukah/ Khanukah/ Hanukah) atau hari raya Pentahbisan Bait Allah (disebut juga "Perayaan Cahaya", Yohanes 10:22). Hanukkah disebut juga "hari raya Lampu". Hal itu merupakan peringatan terhadap pembersihan Bait Suci, ketika Yudas Makkabeus dan para pengikutnya menang dalam membebaskan kota itu dari penjajahan Siria. Dan di dalam pentahbisan kembali dan meresmikan Bait Suci, mereka memiliki minyak suci hanya untuk persedian satu hari. Tetapi di dalam kemurahan Allah, demikian yang disampaikan dalam kitab Deuterokanonika 2 Makabe, minyak yang tersisa itu, yang untuk persediaan satu hari itu, bertahan hingga delapan hari (2 Makabe 10:6). Jadi di dalam hari raya Lampu, atau hari raya Peresmian (Hanukkah), lampu menyala selama delapan hari. Dan kemudian di dalam merayakan hari raya Hanukkah, mereka menyalakan satu lilin setiap hari hingga hari kedelapan. Kemudian Tuhan Yesus berdasarkan latar belakang kehidupan orang-orang, berbicara tentang diriNya sendiri sebagai "terang dunia" .

Yesus Kristus Terang Dunia, terang dari hidup! Dia adalah terang dari segala pengertian dan pengetahuan. Dia mengajarkan kepada kita bahwa Bapa sorgawi menciptakan kita dengan tanganNya yang mahakuasa. Dia mengajarkan kita bahwa tujuan utama dari hidup adalah untuk menyembah dan melayani Dia. Dan Dia membukakan bagi kita pengharapan tentang langit yang baru dan bumi yang baru dibalik kematian. Injil Yohanes juga dengan jelas menulis bahwa :

* Yohanes 3:16
LAI TB, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

KJV, For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.

TR, ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον
Translit Interlinear, houtôs {demikian} gar {karena} êgapêsen {mengasihi} ho theos {Allah} ton kosmon {(manusia di) dunia} hôste {sehingga} ton huion{anak} autou ton monogenê {yang tunggal/ yang unik} edôken {Ia telah memberikan} hina {supaya} pas {setiap (orang yang)} ho pisteuôn {percaya} eis {kepada} auton {Dia} mê {tidak} apolêtai {menjadi binasa} all {melainkan} ekhê {beroleh} zôên {hidup} aiônion {kekal}

Yesus terang dunia, terang dari keabadian! Tidak ada hal yang lebih mendasar dari pada kerinduan yang terdapat dalam kehidupan manusia dari kepada kehidupan sesudah kematian. Sejauh keberadaan manusia, sejauh itu pula kerinduan yang terdapat untuk kekekalan. Diperjelas dalam 2 Timotius 1:10: "Kristus Yesus telah membawa hidup yang kekal dan kekekalan ke dalam terang" :

* 2 Timotius 1:10
LAI TB, dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

KJV, But is now made manifest by the appearing of our Saviour Jesus Christ, who hath abolished death, and hath brought life and immortality to light through the gospel:

TR, φανερωθεισαν δε νυν δια της επιφανειας του σωτηρος ημων ιησου χριστου καταργησαντος μεν τον θανατον φωτισαντος δε ζωην και αφθαρσιαν δια του ευαγγελιου
Translit interlinear, phanerôtheisan {telah dinyatakan} de {tetapi} nun {sekarang} dia {melalui} tês epiphaneias {penampakan} tou sôtêros {Juruselamat} hêmôn {kita} iêsou {Yesus} khristou {Kristus} katargêsantos {meniadakan} men {di satu pihak} ton thanaton {maut} phôtisantos {menyatakan (dalam terang)/ menerangkan} de {di pihak lain} zôên {hidup} kai {dan} aphtharsian {yang tidak dapat binasa} dia {melalui} tou {itu} euaggeliou {Injil}

Yesus Kristus adalah Terang Dunia, dan murid-murid Kristus akan memancarkan terangNya itu kepada dunia (Yesaya 60:1). Pengharapan Yahudi pada umumnya, kuasa atas kaum גוים - GOYIM (bangsa-bangsa asing) memang baru dinyatakan pada zaman Mesias (Yesaya 42:6). Dalam Khotbah di bukit, Tuhan Yesus mengajar murid-murid Tuhan harus menjadi "terang dan garam" bagi dunia :

* Matius 5:13-16
5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 LAI TB, Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

KJV, Ye are the light of the world. A city that is set on an hill cannot be hid.

TR, υμεις εστε το φως του κοσμου ου δυναται πολις κρυβηναι επανω ορους κειμενη
Translit interlinear, humeis {kalian} este {adalah} to phôs {terang} tou kosmou {dunia}ou {tidak} dunatai {ia dapat} polis {polis} krubênai {untuk disembunyikan} epanô {diatas} orous {gunung} keimenê {terletak}

5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Padanan kata φως - phôs (terang) dalam istilah bahasa Indonesia lainnya adalah "nurani" yaitu kata serapan dari bahasa Arab yang bermakna terang, ada cahayanya. Sebagai murid Kristus kita harus memancarkan terang Kristus. Perbuatan dan tingkah laku kita senantiasa berjalan dengan hati-nurani yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dan melalui Matius 5:13-16 nyatalah bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus ialah kehidupan murid-murid Tuhan dalam masyarakat. Mereka harus dipandang oleh orang lain sebagai teladan hidup dari Kuasa dan Kasih karunia Allah, teladan yang menggairahkan orang lain untuk mengikuti jejak 'terang' kita dan dimanapun kita berada, kita juga akan senantiasa memberi rasa (fungsi garam) dimanapun kita berada.

Kita sekarang telah masuk ke bulan Desember, dimana secara tradisi akan kita peringati kelahiran Kristus, Allah yang inkarnasi ke dunia. Tradisi perayaan Natal kita ini,disamping merupakan tradisi yang diserap dari kebudayaan Romawi juga diserap dari tradisi hari raya Hanukkah. Kalangan Yahudi Kristen merayakan Natal sekaligus Hanukkah dengan sebutan "Chrismukkah", bahkan perayaan 'Yahudi campur Kristen' ini sudah dikenal di Jerman sejak tahun 1800an Masehi, disana dikenal dengan istilah "Weihnukkah". Maka Tradisi memasang pohon terang pada saat-saat natal yang memasang lampu-lampu, lilin dan menghias pohon terang ini bermula dari "hari raya Lampu" (Hanukkah) yang pada tahun ini menurut kalender Yahudi jatuh pada 4-12 Desember 2007. Meski Natal hanyalah merupakan suatu tradisi, namun peringatan Kelahiran dan Terang Kristus ini baik-baik saja kita lakukan, adanya saudara-saudara kita yang mendekorasi rumah dan gereja-gereja didandani dengan gemerlap lampu-lampu natal, baiklah itu kita pandang sebagai simbol akan terangNya yang kekal, dan penghayatan akan kasihNya yang sungguh besar kepada umat manusia di dunia sehingga Allah yang Mahamulia itu sudi datang ke dunia untuk misi keselamatan, sehingga Anda dan saya dapat diselamatkan oleh karyaNya yang agung di kayu salib. Amin! - Bagus Pramono

Happy Christmas
Happy Chrismukkah

~ Halaman ke-1 ~

SAYA TERSELAMATKAN WALAUPUN LAHIR TANPA BOLA MATA
Jhon Natanael lahir tanpa bola mata. Saat ia di dalam kandungan, ibunya putus asa dengan keberadaan ayahnya, lalu mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Ini berimbas di masa kecilnya. Ia melewati semuanya dengan luka yang teramat dalam. Kesepian menjadi nyanyian pilu yang disimpannya sendiri. Bertahun-tahun, ia mengalami frustrasi dan terus bertanya. Mengapa ia dilahirkan buta? Namun, semua kesesakan itu dihempasnya di kaki salib Yesus. Kini, Jhon bisa berkata, "Hidup saya amat berarti."

Lahir Tanpa Bola Mata
Saat mengandung Jhon empat bulan, ibunya terguncang karena ayah Jhon punya kebiasaan judi yang tak kunjung berhenti. Puncak stres itu ketika ayah Jhon berurusan dengan polisi dan masuk penjara. Dalam keputusasaan, dia mencoba bunuh diri dengan menenggak minuman yang mematikan, semacam garam pekat. Namun, Tuhan berkehendak lain, keduanya selamat. "Mama saya terselamatkan. Saya yang di dalam kandungan pun tetap hidup meskipun lahir dengan keadaan mata seperti ini, tanpa bola mata," kisah anak bungsu dari empat bersaudara itu.

Jhon yang terlahir dengan nama Laij Tji The seolah menampung duka lara dan kemarahan ibunya. "Umur delapan bulan, saya dibawa Mama ke Jakarta untuk periksa mata. Tapi dokter mengatakan saya tak mungkin bisa melihat, sekali pun dicangkokkan melalui donor. Tidak ada harapan karena saraf mata sudah mati. Lebih menyakitkan, dokter bilang pada mama bahwa hidup saya sudah tidak berguna dan belum terlambat untuk membunuhnya," cerita Jhon yang mengetahui semua kisah itu dari ibunya.

Jhon "hidup" dalam gelap. Ia tak bisa melihat apa-apa. Jhon kecil sendirian. Ia menyendiri di kamar, duduk terpekur. Belajar berjalan dan berulang kali jatuh, tak jarang kepalanya terbentur. Tangannya adalah juga mata yang melihat dengan meraba. "Saya tahu, saya cacat karena Mama. Sering kali kalau saya dianggap nakal, Mama kerap mengeluarkan kata-kata penyesalan telah melahirkan saya. Bahkan, beberapa kali Mama mengancam dengan kata-kata, 'Saya akan bunuh kamu!'"

Bila ada tamu, Jhon kecil diboyong ke kamar. "Mereka malu karena memiliki anggota keluarga yang cacat. Saya dijauhkan dari hubungan luar. Menjadi kebiasaan ketika saya mulai tumbuh besar, langsung cepat-cepat masuk kamar bila ada ketukan pintu atau terdengar suara orang datang. Saya hanya mengenal rumah dan orang-orang seisi rumah," ungkapnya lirih.

Sewaktu umur sepuluh tahun, Jhon pernah mencoba bunuh diri. Setengah tak sadar, Jhon mengikat leher dengan karet sampai sulit bernapas. Sikap berontak pada orang tua dan situasi yang membosankan itu membuat Jhon gampang tersinggung. Namun, sakit hati itu cuma bisa dirasakannya dalam hati.

Jhon tak bisa lagi menghindar ketika guru-guru les ketiga kakaknya selalu datang ke rumah memberi pelajaran. "Mereka sering datang, jadi mau nggak mau saya kenal mereka. Di antara mereka, ada yang sangat memerhatikan saya, mengajak saya ngobrol, suka ngasih permen dan ngajak saya nyanyi. Dari sinilah, saya mulai berani bicara dengan orang di luar keluarga."

Ketika Jhon pindah rumah, ia mulai berani ngajak ngobrol orang yang ditemui. Suatu kali, ada yang membawanya ke persekutuan. Namun, entahlah, Jhon cepat bosan. Paling bertahan dua minggu, setelah itu, selalu bikin alasan sakit atau jawaban sekenanya.

Ishak Sang Motivator
Di rumah yang baru, ada beberapa orang datang ke rumahnya. Salah satunya adalah Ishak, pemuda Kristen yang kerap mabuk. "Kamu harus bisa main gitar, ntar saya pinjemin dari gereja. Saya ajarin kamu sebentar, trus kamu latihan sendiri. Dua minggu kamu harus bisa mainkan satu lagu. Kamu harus rajin. Jangan cepat putus asa kayak saya. Kamu harus punya masa depan," kata Jhon tertawa menirukan nasihat Ishak. Menurut Jhon, kata-kata Ishak itu kena di hatinya. Ia lantas belajar gitar dengan sungguh-sungguh.

Suatu kali, Jhon berkenalan dengan Amir, teman kakaknya, seorang arsitek yang mengerjakan taman di halaman rumahnya. Jhonlah yang paling banyak menemani Amir lantaran paling sering di rumah. Betapa kagetnya Amir ketika tiba-tiba Jhon nyanyi lagu Gombloh sambil memetik gitar. "Pak Amir langsung nanya, mau bantu saya main musik di gereja? Karena saya merasa sangat dekat dengan dia saya nggak enak nolak. Pak Amir sungguh-sungguh melayani dan mendorong saya. Biarpun hujan, Pak Amir tetap menjemput saya dengan sepeda motornya. Padahal jarak rumah kami cukup jauh. Dalam hati saya, nekat juga orang ini."

Perubahan Sikap
Suatu malam, di rumah teman, Jhon merenungi hidup. Rasa gagal, tertolak, tidak berguna yang selama ini menekannya, satu per satu terbayang di benaknya. Masa kecil yang kelam penuh kepahitan, perkataan ibunya, saudara serta kata-kata dokter yang pernah ia dengar dari mulut mamanya betul-betul menyesakkan. Malam itu menjadi malam yang amat berarti bagi Jhon. Ia tumpahkan segala kekesalan dan gelisahnya pada Tuhan. Jhon berserah penuh pada Tuhan. Ia bertekad mengubah cara pandangnya dalam melihat kehidupan. Pelan-pelan, Jhon bisa menerima kekurangannya. Dia juga berdamai dengan diri sendiri dan mengampuni orang-orang yang pernah melukainya. Malam itu, Jhon "berhadapan dengan Tuhan".

"Saya seperti menemukan sosok Bapak," kata Jhon yang sejak lahir sampai ia dengar ayahnya meninggal, belum pernah sekalipun bertemu.

Sukacita dan harapan pelan-pelan memenuhi hati Jhon. Bagi Jhon malam itu adalah malam pengampunan. Sebab pada malam itu, ia bisa mengampuni setiap orang yang pernah melukainya. Itulah yang memotivasi Jhon untuk bangkit dan tidak larut dalam masalah. Benarlah, hati yang gembira adalah obat. Jhon makin giat melayani Tuhan. Lewat nyanyian dan petikan gitarnya, ia semakin maju dan menang mengalahkan segala rasa yang tak perlu disimpannya.

Usia 20 tahun, Jhon memberanikan diri minta izin pada ibunya untuk dibaptis. Ibunya tak keberatan asal Jhon menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh. "Meski Mama bukan seorang Kristen, tapi ia sungguh-sungguh mendorong saya untuk melayani Tuhan. Pernah suatu kali, saya jenuh dan berniat bolos tidak ke gereja, Mama saya ribut. 'Lho, katanya kamu mau jadi Kristen kok malas-malasan. ' Ketika saya pulang pelayanan, Mama menunggu saya dan selalu bertanya, sudah makan belum?"

Tuhan juga memberi kesempatan Jhon melayani ibunya saat wanita yang melahirkannya itu jatuh sakit dan harus opname. Selama satu minggu, Jhon menemani ibunya, "Sewaktu Mama anfal, ia berteriak, 'Yesus tolong saya!' Tak lama kemudian, Mama dipanggil Tuhan. Rasanya waktu bersama Mama belum cukup. Mama meninggal saat kami sangat dekat. Tapi hati saya sangat bahagia, Mama sudah mengakui Yesus."

Bertemu Tulang Rusuk
Jhon semakin terpacu bercerita tentang Yesus. Jadwal pelayanan padat. Awal Juni tahun 2000, Jhon bersama beberapa teman pelayanan ke Kalimantan Barat. Di sana , Jhon didampingi Pdt. Kenny Wolter. Marianalah yang mengurus dan banyak mendampingi Jhon. Teman-teman Jhon maupun Mariana kerap menggoda, "Wah, kayaknya kalian cocok banget," kata Jhon tersenyum menirukan godaan mereka.

Sehari menjelang kembali ke Jakarta , Jhon "didesak" teman-temannya untuk "mengungkapkan cinta". Semula Jhon ragu, sadar atas keterbatasan yang dimilikinya. Namun akhirnya, muncul keberanian itu. Jhon mengajak bicara Mariana. Memang tak ada yang dapat membandingi kuasa Tuhan. Mariana, meski kaget bukan kepalang, akhirnya menerima cinta Jhon.

Malam itu pula mereka sepakat untuk segera menikah. Hal ini disampaikan kepada Pdt. Kenny, yang kaget mendengarnya. "Pendeta bilang, uji dulu. Kami pun dipisahkan di tempat yang berbeda. Setelah selesai, kami dipanggil Pdt. Kenny. Apakah jawaban kami sama? Ternyata saya dan Mariana punya jawaban sama, mantap untuk menikah."

Pernikahan yang mengharukan itu pun dilaksanakan. "Saya pulang ke Jakarta bawa istri, mukjizat ya?" kata Jhon tertawa, Mariana yang mendampingi pun tersenyum.

Mariana mengaku kagum atas karya Tuhan dalam hidup suaminya. "Meskipun Kak Jhon begitu, dia loh yang atur keuangan keluarga. Dia pinter banget ngurus duit. Saya juga heran, dia bisa main gitar, keyboard, drum, suaranya juga bagus," ungkap Mariana, gantian Jhon tersenyum mendengar pujian istrinya.

Tak lama menunggu, Mariana hamil. Pada 13 April 2002, lahirlah Ester Agung Natanael; buah cinta kisah keajaiban. Jhon tak lagi merasa sepi dan sendiri. Mariana dan Ester dengan cinta. Luka itu telah digantikan-Nya dengan sukacita.

Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : Karena Dia
Judul artikel: Saya Terselamatkan Walaupun Lahir Tanpa Bola Mata
Penyusun : Niken Maria Simarmata
Penerbit : ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman : 71 -- 80

~ Halaman ke-2 ~

KASIH YANG SEBENARNYA
Suatu malam, di sebuah stasiun radio, sedang berlangsung acara dimana orang-orang berbagi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang semula tercurah pada tugas statistik beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya. Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Sejak kecil ia sering dimarahi oleh ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakan olehnya benar. Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan sang ayah yang ia dapatkan.

Pada waktu ia berumur 17 tahun, tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar dari mulut ayahnya. Hal ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya. Sosok ayah yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak memperhatikan dirinya.Akhirnya ia memberontak dan tak pernah satu hari pun ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya.

Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu meninggal dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri wanita itu masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya.

Suatu hari ketika membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi dan diatasnya tertulis "Untuk Anakku Tersayang". Dengan hati-hati diambilnya bingkisan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku yang telah lama ia idam-idamkan. Disamping kedua benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warna kesukaannya. Perlahan ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya, yang ia kenali betul sebagai tulisan tangan ayahnya.

Ya Tuhan,Terima kasih karena Engkau mempercayai diriku yang rendah ini. Untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku Kumohon Ya Tuhan, Jadikan buah kasih hambaMu ini Orang yang berarti bagi sesamanya dan bagiMu. Jangan kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang Berikan pula jalan yang penuh liku dan duri Agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya. Sekali lagi kumohon Ya Tuhan, Sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempuh Jadikan ia sesuai dengan kehendakMu Selamat ulang tahun anakku Doa ayah selalu menyertaimu

Meledaklah tangis sang anak usai membaca tulisan yang terdapat dalam kartu tersebut.Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dalam pelukan ibunya, ia menceritakan semua tentang bingkisan dan tulisan yang terdapat dalam kartu ulang tahunnya. Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahwa ayah memang sengaja merahasiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan keras agar sang anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu kehilangan sosok ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit yang diderita ........

~ Halaman ke-3 ~

POHON INJIL
Suatu ketika adalah sebatang pohon Natal yang bersinar terang tinggi menjulang; menarik mata memandang. Kecemerlangannya sungguh memikat dan menggembirakan hati siapa saja yang lewat.

"Terangnya begitu cemerlang," begitu kata mereka dan mereka enggan beranjak pergi.

Sang pohon Natal berdiri tegak, bangga bermandikan cahaya oleh sebab setiap lampu menyala begitu gemilang.

Kemudian, terdengarlah sebuah bola lampu berkata, "Aku capai menyala siang dan malam, sebaiknyalah aku padam dan beristirahat; terlalu capai aku selalu mengusahakan yang terbaik. Lagipula, aku begitu kecil; aku tidak yakin kehadiranku cukup berarti."

Sekonyong-konyong, seorang anak dengan lembut menyentuhnya, "Lihat, mama, yang ini bersinar sangat terang. Aku telah melihat semua lampu di atas pohon terang, yang ini tampak paling cemerlang bagiku."

"Ya, Tuhan!" seru si bola lampu. "Hampir saja aku redup dan padam. Aku pikir tak seorang pun peduli jika aku padam dan tak bersinar terang."

Seiring dengan itu, suatu terang yang cemerlang kembali bersinar. Terang-terang yang lain pun merasakan kehadirannya pula.

Injil kita, bagaikan pohon Natal ini, dengan bola-bola lampu kecil yang adalah kamu dan aku. Masing-masing kita mempunyai bagian yang harus diisi dengan cinta, pengetahuan dan kehendak baik.

Mari menjadikan pohon kita bermandikan cahaya, dengan kesaksian-kesaksian yang gemilang.

Oleh sebab Injil kita adalah pohon kehidupan yang menerangi jalan menuju keabadian.

14] Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
16] Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Baca : Yohanes 5:13-16

~ Halaman ke-4 ~