Senin, 30 Juni 2008

EDISI 09 Tahun 2008

MEMINTA PERTOLONGAN
Aku berkata kepadamu "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalam." Lalu Ia memeluk anak-anak itu ...memberkati mereka. * Mrk. 10:15-16

"Mama betulkan ini !" Mateo berseru sambil menyodorkan mobil-mobilannya dan potongan kecil plastik berwarna kuning kepadaku.

Aku memeriksa mobil kecil itu dan melihat bahwa kemudinya lepas. Aku memasang potongan plastik itu kembali ke tempatnya lalu mengembalikan mainan itu kepada Mateo.

"Nah, ini" kataku; "ternyata kemudinya lepas, ya?" "Ya," jawabnya Tanpa melepaskan pandangan pada mobil itu, Mateo mengambilnya dariku dan meletakkannya di ntara mainan yang lain.

Peristiwa itu membuat aku merenung. Mateo, yang belum genap berusia dua tahun, sudah mempunyai iman yang kuat akan kemampuanku memperbaiki sesuatu. Meskipun sudah mengerahkan segenap kemampuan dan tidak berhasil, ia tetap tidak putus asa mencari solusi. la kemudian mencari cara lain. Permintaan Mateo sederhana dan penuh kepercayaan. Hal ini mengingatkanku betapa pentingnya mempertahankan cara pandang seperti seorang anak, yang murni, rendah hati dan penuh kepercayaan. Betapa indahnya jika kita mampu menyingkirkan kesombongan. Kita dapat menyerahkan serpihan kehidupan kita yang retak kepada Allah Bapa, dan berkata, "Bapa, tolong betulkan ini!"

~ Lembar ke-1 ~

BETAPA SERIUS DUSTA, TERNYATA
Oleh : Eka Darmaputera

MENGAPA Hukum Allah ada sepuluh pasalnya? Dengan perkataan lain, mengapa "dasa"? Mengapa bukan, misalnya "panca" atau "sapta"? Orang Yahudi punya semacam legenda yang cukup populer menjawab pertanyaan ini.

Mengapa jumlahnya "sepuluh", itu pasti bukanlah karena angka itu angka keramat. Bagi orang Yahudi, angka "tujuh" secara simbolis lebih bermakna. Atau "duabelas".

Kata yang empunya cerita, konon Allah tiba pada angka "sepuluh" itu, setelah proses tawar-menawar yang cukup panjang dengan Musa. Semula Yahweh menghendaki angka yang jauh lebih tinggi.

Alasan-Nya, hukum itu 'kan mesti dibuat sejelas mungkin. Agar tidak disalah-tafsiri. Karena itu, mesti dibuat amat rinci.

Tapi Musa keberatan. Pada satu pihak, ia mengakui, semakin spesifik sebuah perintah, semakin jelaslah ia.

Dan semakin jelas sebuah perintah, orang tidak lagi punya dalih, kecuali mematuhinya. Orang, misalnya, tidak bisa mengulur-ulur waktu dengan, misalnya, mengatakan "menunggu keputusan kasasi Mahkamah Agung".

Perintah agar "jangan sering-sering jajan dari gerai cepat saji", tentu lebih jelas ketimbang perintah "jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh atau zat-zat kimiawi".

Sebab yang disebut "terlalu banyak" itu seberapa banyak? Dan yang mengandung "lemak jenuh" atau "zat-zat kimiawi" itu apa saja?

Namun di lain pihak, bila hukum dibuat terlalu rinci, maka sudah pasti daftarnya akan amat panjang. Orang akan sulit mengingatnya. Lha kalau untuk mengingatnya saja sudah sulit, betapa lagi untuk menjalankannya, bukan? Sebab itu Musa memohon, agar hukum Tuhan dibuat seringkas mungkin. "Cukup yang pokok-pokok saja, Tuhan, satu atau dua pasal saja kalau bisa".

ALLAH memahami keberatan tersebut. Hukum yang ringkas memang gampang diingat.Tapi bahayanya adalah, bila ia hanya menjadi slogan. Diucap-ucapkan, tapi tidak dijiwai.Diingat-ingat, tapi tidak dihayati. Disebut-sebut, tapi tidak ditindaki. Seperti kisah tragis "pancasila" kita.

Karena itu Musa menaikkan tawarannya, dan Allah menurunkan tuntutan-Nya. Sampai ketika tiba di angka "sepuluh", Allah berkata, "Stop! Aku sudah tidak bisa membuatnya lebih rendah lagi. Take it or leave it". "Sepuluh" dipandang cukup ringkas untuk bisa diingat, sekaligus cukup rinci untuk tidak gampang disalah-mengerti.

Tapi lebih dari itu, yang pasti adalah, apa pun yang termasuk yang "sepuluh" itu, ia pasti adalah dosa yang dianggap Allah adalah dosa yang amat serius.

Pertanyaan kita adalah, mengapa "dusta" sampai bisa menerobos ke "sepuluh besar"? Kalau membunuh, mencuri, berzina, menyembah berhala - okelah -- kita sedikit banyak dapat memahaminya. Tapi "dusta"? Apakah ia tidak terlalu remeh dan kecil?

Kita mempertanyakannya karena dalam kehidupan nyata, lihatlah, alangkah "biasa"nya dan betapa "lumrah"nya dusta itu! Mana mungkin sukses berdagang, berpolitik, bahkan menyiarkan agama, tanpa sedikit banyak berdusta? Salah satu dosa yang paling awal yang dilakukan oleh setiap orang sejak dini adalah dosa ini. Anak-anak tak perlu belajar dari siapa pun untuk mahir berdusta.

Yang membedakan antara manusia yang satu dan lainnya, bukanlah bahwa yang satu berdusta sedang yang lain tidak.

Setiap orang adalah "pendusta"! Bedanya cuma, yang satu lebih pintar bohongnya ketimbang yang lain. Atau, yang satu berusaha melawannya mati-matian, sedang yang lain justru memanfaatkannya habis-habisan.

Namun, apa pun yang kita katakan, dusta yang bagi manusia dianggap "tidak serius-serius amat" itu, oleh Allah dipandang sebagai sesuatu yang amat serius. Sekali lagi, pertanyaan kita, adalah: mengapa?

DUSTA, menurut Allah, adalah dosa utama, pertama, karena KEBENARAN adalah utama. Sedangkan dusta? Apa lagi, bila bukan "lawan" dari kebenaran! Ia menyembunyikan kebenaran, memutar-balikkan kebenaran, memalsukan kebenaran.

Menyajikan ketidak-benaran sedemikian rupa seolah-olah itulah kebenaran.

Padahal kebenaran itu "apa"? Atau lebih tepat, "siapa"? Tidak lain adalah Allah sendiri!

"Akulah jalan, kebenaran, dan kehidupan", begitu bukan kata Yesus (Yohanes 14:6)? Sebab itu, tak ada pilihan lain, kecuali, "Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar . Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu seorang terhadap yang lain, dan janganlah mencintai sumpah palsu.

Sebab semuanya itu Kubenci, demikianlah firman Tuhan" (Zakharia 8:16) "Cintailah kebenaran dan damai!" (Zakharia 8:18). Jadi bagaimana sesuatu yang melawan Allah dan melawan Kristus bukan sesuatu yang serius?

Anda ingat tatkala masyarakat Amerika Serikat dilanda heboh perselingkuhan antara Bill Clinton dan Monica Lewinsky.

Kehebohan itu, konon, bukan terutama karena tindak perselingkuhan itu sendiri. Tindakan itu, walau tidak terpuji, namun bagi masyarakat Amerika, itu lebih banyak adalah urusan Hillary -- urusan pribadi.

Yang tidak mungkin mereka tolerir adalah -- dan inilah yang hampir-hampir menjungkalkan sang presiden dari kekuasaan --, adalah bila ia - sebagai pejabat - telah melakukan kebohongan publik.

Membohongi rakyat. Sebab di sinilah terletak legitimitas seorang pejabat publik: pada kredibilitasnya. Bahwa ia dapat dipercaya!

Ini berbeda sekali dibandingkan yang di negeri kita, bukan? Hampir setiap saat, kita tahu, pemimpin-pemimpin kita berbohong. Namun demikian, mereka tetap aman-aman saja di takhta mereka, kalau tidak malah semakin aman. Di negeri kita, "legalitas" lebih menentukan ketimbang "legitimitas" .

KEDUA, dusta adalah dosa utama, karena KATA-KATA adalah utama. Dengan perantaraan kata-kata -- Firman Allah -- segala sesuatu dari "tiada" menjadi "ada" - ex nihilo! (Kejadian 1). Kemudian, dengan bersenjatakan kata-kata, Iblis menyeret segenap ciptaan ke pusaran kebinasaan kekal; "ditaklukkan kepada kesia-siaan" (Roma 8:20).

Namun, dengan perantaraan kata-kata juga, Allah - melalui utusan-utusan- Nya - dengan tanpa henti-hentinya memanggil manusia untuk kembali, seraya mengaruniakan Firman-Nya sebagai "pedang Roh", untuk melawan Iblis dengan segala tipu dayanya (Efesus 6:16).

Dan puncaknya adalah, bahwa melalui SANG KATA-LOGOS-Allah menyelamatkan segenap umat manusia, bahkan seluruh ciptaan, dari kebinasaan yang kekal untuk dibimbing kepada kehidupan yang kekal (Yohanes 1).

Bila kata-kata begitu vital dalam seluruh karya Allah, bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa dusta yang melecehkan kata-kata, tidak layak disebut sebagai dosa utama?

ALASAN ketiga mengapa Allah menggolongkan dusta sebagai salah satu dari sepuluh dosa utama adalah, karena SESAMA MANUSIA kita itu utama.

Sebab itu, titah-Nya, "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu".

"Sesama" adalah utama, karena sejak awal penciptaan Allah melihat, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja" (Kejadian 2:18). Untuk sekadar hidup atau sekadar eksis, sih, mungkin orang bisa hidup sendiri.

Sedang predikat "sepadan", artinya adalah sembabat, sederajat, setara. Memang berbeda, sebab bila cuma sama, bagaimana bisa saling menolong? Namun begitu, perbedaan ini bukan perbedaan tinggi rendah.

Yang mengulurkan tangan tidak boleh merasa "super", sedang yang menadahkan tangan tidak perlu merasa "minder". Karena pada satu saat, yang sekarang menolong boleh jadi justru perlu ditolong.

SEBAB itu dalam hubungan antar manusia berlaku prinsip "saling menghargai". Ojo dumeh. Jangan mentang-mentang. Dan bila itu adalah paradigma yang seharusnya, maka "bersaksi dusta tentang sesama" adalah anti-tesisnya.

Sebab yang terjadi di sini bukanlah saling menolong, tapi saling memotong. Bukan saling memberdayakan, tapi saling memperdayakan. Di mana yang pintar mengeksploitasi kebodohan sesamanya Yang kuat menindas yang lemah. Dan lengkaplah penderitaan manusia!

Itulah konsekuensinya, ketika "dusta" dibiarkan. Ketika kebenaran dipalsukan. Ketika kata-kata dibuat tak berharga. Ketika sesama menjadi "subyek" yang menindas atau "obyek" yang diperas. Mengingat semua ini, masihkah Anda bertanya: mengapa dusta bisa masuk ke "sepuluh besar"?

~ Lembar ke-2 ~

BEBAS DARI TANGAN LUCIFER
Oleh : Ludi Hasibuan

Nama saya Ludi Hasibuan. Melalui tulisan ini saya ingin bersaksi tentang pengalaman "pelepasan" yang dialami oleh saudaraku Ryan (17). Kisah ini diangkat berdasarkan kesaksian yang dialami, dirasakan, dilihat oleh Ryan. Semua ditulis berdasarkan cerita apa adanya. Tidak ada penambahan atau pengurangan.

Sabtu, 9 Januari 2004 saya bersama saudara-saudara berkumpul disebuah rumah dikawasan Pondok Kopi, Jakarta Timur untuk melakukan kebaktian "pelepasan" (melepaskan seseorang dari belunggu kuasa kegelapan). Kebaktian ini dipimpin oleh Pendeta Joshua Tumakaka dari Gereja Tiberias Indonesia.

Kebaktian dimulai pukul 17.00 WIB dengan mengangkat puji-pujian kepada Tuhan Yesus. Setelah itu dilanjutkan dengan doa dan mendengarkan firman Tuhan. Pendeta Joshua Tumakaka, meminta Ryan untuk membaca firman Tuhan dari Yohanes 10 : 10. Awalnya Ryan ngedumel dan melontarkan makian kenapa dirinya yang disuruh membaca firman Tuhan. Kenapa tidak orang lain yang disuruh membaca? Setelah dibujuk, ia mau membacanya tapi ia tidak bisa membaca firman tersebut melalui Alkitab yang diberikan ibunya. Setelah memakai Alkitab dari pendeta Johua Tumakaka, ia baru bisa membacanya. Ketika pendeta menjelaskan keselamatan ada pada diri Yesus Kristus, Ryan memperlihatkan tingkah laku yang melecehkan dan menghina pendeta.

Pendeta Joshua Tumakaka meminta Ryan untuk membaca kembali firman Tuhan. Ryan dengan nada marah dan menghina pendeta menolak permintaan tersebut. Tapi setelah dibujuk untuk membaca kembali, ia pun mau tapi ini untuk yang terakhir kalinya.

Pendeta Joshua Tumakaka mengakui kalau Ryan berada dibawah pengaruh kuasa gelap. Ia harus diselamatkan tapi sebelum itu dilakukan ia ingin agar kedua orang tua Ryan terlebih dahulu melakukan pertobatan dan pelepasan. Saat itu juga berlangsung pelepasan dan pertobatan dari kedua orang tua Ryan dan adik-adiknya. Setelah itu baru dilakukan pelepasan terhadap Ryan.

Ketika pendeta mendoakan dan memberikan minyak urapan kepada diri Ryan, Ryan pun menjerit-jerit kesakitan, memberontak dan marah. Padahal saat itu kondisi Ryan dalam keadaan sakit. Kaki kirinya patah dan belum pulih tapi ia mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ia bisa memberontak melawan 5 orang dewasa yang berbadan besar. Ryan berubah menjadi liar, sorot matanya merah dan melotot. Ia memandang orang sekitarnya dengan sorot mata mengancam. Ia pun mengeluarkan kata-kata cacian, makian dan mengancam untuk membunuh orang-orang yang ada disekitarnya.

Saat itu diri Ryan berada di dalam dua dimensi atau dua kepribadian. Dimensi pertama adalah Ryan yang berteriak minta tolong diselamatkan oleh Yesus Kristus. Dimensi kedua adalah Ryan yang berada dibawah kendali kuasa gelap (ditangan Lucifer).

Ketika Ryan ada dalam dimensi pertama, ia memberitahu pendeta bahwa disekitar itu ada "Lucifer". Ia mengatakan kalau "Lucifer" lah yang mengikat dirinya. Ia meminta tolong untuk diselamatkan.

Dalam dimensi kedua, Lucifer mengatakan kalau Ryan telah diangkat sebagai salah seorang panglima kuasa kegelapan. Ia telah menjadi salah satu orang kepercayaan "Lucifer". Tugas Ryan adalah menjadi pengatur (operator) program computer yang bisa membuat semua manusia patuh dan menurut. Ryan yang akan bertugas mengatur manusia dengan memakai symbol 666.

Kamipun berdoa dan mengangkat puji-pijian kepada Tuhan Yesus untuk membebaskan Ryan dari tangan Lucifer. Dalam kondisi dimensi kedua, Ryan mulai memaki, mencaci, menghina, meludahi pendeta, memukul dan menendang orang-orang yang mendoakannya. Ryan bahkan dengan angkuhnya duduk seperti seorang raja yang sombong dengan mulut yang menyeringai (mungkin ini yang dimaksud senyuman sombong si iblis) serta tangan seolah-olah memegang tongkat. Ia memerintahkan para legion (setan yang diusir Yesus Kristus masuk ke dalam tubuh babi) untuk membunuh kami. Ia juga memerintahkan "Balthazor" (salah satu setan lainnya) untuk membinasakan kami semua yang ada disana. Disamping itu ia pun menghina dengan kata-kata bahwa keselamatan hanya ada ditangan Lucifer. Yesus tidak menyelamatkan, Roh Kudus bohong belaka. Bahkan Lucifer mengatakan bahwa Yesus tidak berhak lagi atas hidup Ryan karena Ryan telah menjadi milik Lucifer.

Kami tidak memperdulikan ocehan itu. Kami semua berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan Yesus agar segera membebaskan Ryan dari Lucifer. Tiba-tiba Ryan memasuki dimensi pertama. Ia memberitahu pendeta dan semua orang yang ada disana bahwa dibelakang Lucifer terlihat ada cahaya putih terang penuh kemuliaan. Tuhan Yesus telah datang.

Tapi dalam sekejap Ryan masuk dalam dimensi kedua. Ryan yang berada ditangan Lucifer memaki Ryan yang memohon pertolongan Tuhan Yesus. “Untuk apa berteriak-teriak minta tolong dan memanggil Yesus. Ia tidak memiliki keselamatan!”

Kami lebih bersemangat lagi berdoa dan memanjatkan puji-pujian karena bala tentara surga sudah dekat untuk menolong dan menyelamatkan Ryan. Sementara Ryan dalam dimensi kedua bertambah marah, menghina, mencaci maki karena dirinya merasa semakin kepanasan.

Pendeta Joshua Tumakaka, mengajak seluruh orang yang ada diruangan ini untuk memasuki ruangan kudus karena akan diadakan perjamuan kudus. Yaitu untuk menerima tubuh dan darah Yesus Kristus. Kamipun berdoa dan menyanyikan pujian kepada Yesus Kristus. Ryan dalam dimensi pertama menerima perjamuan kudus berupa tubuh Yesus. Ketika ia memakan hosti, ia pun bergetar dan merasakan kesakitan yang luar biasa. Ryan berteriak kesakitan dan meronta-ronta. Saat hosti itu tertelan dalam mulutnya, Lucifer terpental dari dirinya. Ryan telah menjadi Ryan yang memohon perlindungan Tuhan Yesus. Ryan disuruh pendeta untuk mengaku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan meminta agar Tuhan Yesus menolong dirinya. Awalnya Ryan kesulitan tapi akhirnya ia bisa mengucapkan hal tersebut. Akibatnya Lucifer bertambah lemah dan kalah.

Tak lama kemudian Ryan berteriak " Ada salib turun dari langit". Ia pun mengatakan kepada kami semua kalau "Lucifer, Legion dan Balthazor tengah berlarian karena diserang oleh malaikat dari surga". Ryan mengatakan kepada pendeta Joshua Tumakaka kalau dirinya melihat di sebelah kiri-kanan pendeta telah berdiri Malaikat Gabriel dan Malaikat Michael. Ia pun memberitahukan kalau dalam ruangan dan rumah ini telah dipenuhi oleh para malaikat untuk menjaga dan mengusir para setan.

Ketika akan memasuki tahap penerimaan darah Yesus dalam perjamuan ini, Ryan melihat ada darah tercurah dari langit. Saat itulah dirinya merasa terbebas seratus persen dari ikatan Lucifer. Ryan pun menangis tersedu-sedu bahkan ia meminta maaf kepada pendeta atas hinaan, cacian dan kata-kata kotor lainnya yang dilakukan oleh Lucifer. Ryan memberitahu kalau rumah ini telah dibentengi dengan kokoh. Di benteng itu terdapat pintu gerbang. Sekarang pintu gerbang itu terbuka dan masuklah dua merpati putih ke dalam rumah ini. Ryan juga memberitahukan kepada semua yang ada di dalam ruangan ini. Ia mendengar suara yang keras dan berdentam dengan wibawa. "Akan dating harinya dimana Aku akan menjemput umatKu."

Kami semua menangis penuh sukacita serta menaikkan ucapan syukur karena Ryan telah diselamatkan dan Tuhan Yesus telah memberitahu bahwa kedatanganNya yang ke dua kali sudah semakin dekat.

Ketika Ryan sadar kembali dalam kondisi normal, ia menceritakan awal mulanya ia terjerat oleh Lucifer. Beberapa tahun yang lalu sebelum tinggal di Jakarta ia berdomisili di Manado, Sulut. Suatu hari bersama ketiga temannya ia bermain perang-perangan disebuah bangunan tua. Ia melihat disekitar bangunan tersebut banyak mobil mewah yang sedang parkir. Hal ini membuat ia bersama temannya penasaran. Ada apa digedung tua itu? Merekapun mengintip. Ternyata disana sedang berlangsung sebuah upacara keagamaan, dimana semua orang memakai jubah hitam dengan tudung kepala. Di dalam gudang itu terdapat pentagram (symbol setan) dan ditengah ruangan itu terdapat upacara pemotongan bayi. Ternyata yang dilihat Ryan adalah sebuah upacara gereja setan. Ia melihat secara langsung sementara temannya lari dan yang satunya jatuh pingsan.

Setelah kejadian tersebut dirinya mengalami sakit yang sangat parah. Ia nyaris meninggal dunia. Pada saat dalam kondisi kritis tersebut ia merasa didatangi oleh sesosok pria yang luar biasa gantengnya. Ia mengaku bernama Lucifer dan akan memberikan keselamatan pada Ryan jika ia mau menerimanya. Ryan yang saat itu berusia sekitar 12 tahun, mau menerimanya. Sejak saat itulah ia terikat oleh Lucifer.

Lucifer akan mengangkat Ryan sebagai salah satu panglimanya. Ryan diberi pengetahuan dan kepandaian mengenai computer. Ini terbukti dengan kemampuannya meng'hacker' ( masuk ke situs pribadi secara ilegal ) situs orang atau membobol pertahanan orang. Kemampuan Ryan dibidang komputer melebihi kemampuan yang dimiliki anak seusianya dibidang komputer. Selain itu Ryan akan menjadi pengatur / operator agar manusia menjadi penurut pada Lucifer dengan memakai symbol 666.

Ia diberitahu oleh Lucifer bahwa saatnya semakin dekat dan Ryan akan menjadi salah satu yang berkuasa didunia selama 3.5 tahun. Tetapi Ryan harus membunuh seseorang dengan panggilan Mongol. Mongol adalah salah seorang pengikut Lucifer yang telah berpaling. Ia kini menjadi pengikut setia Yesus Kristus.

Ketika Ryan diminta membaca Alkitab, ia melihat tulisan yang ada di Alkitab tersebut menjadi terbalik susunan katanya sehingga ia kesulitan membacanya. Setelah memegang Alkitab milik pendeta, ia baru bisa membacanya.

Ketika menyadari bahwa dirinya telah terikat oleh Lucifer, Ryan mencoba melakukan perlawanan. Ia melawan setiap kata Lucifer dengan kata-kata Tuhan Yesus Kristus. Tapi Lucifer pandai bersilat lidah. Ia memutar balikkan omongan dan fakta. Hal inilah yang membuat iman Ryan jadi bertambah lemah. Ia berhadapan dengan Lucifer si penghujat Tuhan. Iman Ryan yang masih berusia belasan tahun masih sangat lemah dan mudah terombang-ambing. Hal ini semakin memudahkan dirinya terjerat.

Dari pengalaman ini dapat ditarik kesimpulan : Ibilis / Lucifer tengah mempersiapkan diri menyongsong akhir jaman dimana manusia akan memakai tanda 666 melalui program komputer. Tuhan Yesus Kristus akan segera datang kembali ke dunia untuk yang ke dua kalinya karena akhir jaman sudah semakin dekat. Bertobatlah!

~ Lembar ke-3 ~

POJOK NAKAL
Selalu ada ruang pujian bagi diri kita namun kadang tak tersedia ruang untuk segala kesalahan kita

Ada sebuah materi menarik ketika saya menonton talk show Oprah Winfrey di television, pada suatu pagi di saat saya sedang suntuk dengan kelakuan adik bungsu saya yang masih berusia 3 tahun. Dalam talk show tersebut, Oprah menghadiran seorang bintang tamu yaitu Super Nanny, dia adalah pengasuh anak paling laris di Amerika. Konon katanya sudah ratusan kali Nanny berhasil menghadapi tingkah laku anak - anak yang 'nyeleneh' dalam arti hyperactive, kasar, nakal & susah diatur. Nanny hanya mengajarkan satu hal pada anak-anak itu, yaitu: Minta maaf & mengakui kesalahan serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Super Nanny tidak menggunakan kekerasan fisik, yang sering kita temui pada masyarakat umumnya, dalam mendidik anak-anak 'nakal' itu. Tapi dia menggunakan method, 'tempat nakal'.

Tempat Nakal bisa berupa carpet nakal, bangku nakal, atau kolong nakal. Di sekitar tempat nakal itu tidak dibangun 'benteng' berupa apapun. Jadi sebenarnya anak-anak itu bisa saja kabur namun mereka tidak bisa pergi karena Nanny mengawasi gerak-gerik mereka. Anak-anak yang bertingkah kelewat batas akan dimasukkan dalam tempat nakal itu. Mereka tidak boleh dipukul, tidak boleh dimaki kasar apalagi dibentak-bentak. Yang Nanny lakukan hanya meletakkan mereka di tempat nakal itu & diam!

Nanny tidak menghiraukan bila anak -anak itu menangis meraung, memukul-mukulnya bahkan berkata kasar padanya. Nanny hanya berkata, "kamu harus diam di sini sampai kamu sadar apa kesalahan kamu." setelah itu Nanny pergi. Dia akan kembali menghampiri anak-anak itu bila mereka berhenti menangis. Dia akan mengeluarkan mereka dari tempat nakal bila sudah meminta maaf pada orang yang telah mereka jahati.

Setelah itu, Nanny akan memeluk mereka, mengelus punggung mereka penuh kasih sayang lalu memuji tindakan mereka yang mau meminta maaf. Setelah situasi sudah sedikit membaik, Nanny mulai memberikan pengertian apa kesalahan yang telah mereka perbuat.

Aku mencoba untuk menerapkannya pada adik bungsuku yang memang sudah mulai terlihat bandel. Aku meletakkannya ke pojok nakal yang ada di dalam kamar mamaku.Aku melakukan itu karena ia memukul wajah mama dengan sangat keras ketika tidak dibelikan mobil-mobilan. Saat aku meletakkan dia di pojok nakal, ia memukulku, aku mencoba diam, meniru sikap Nanny. Adikku berontak, ia berlari keluar kamar & aku menariknya kembali ke pojok nakal. Sampai empat kali seperti itu & adikku capek sendiri.

Dia bilang aku jahat! Dia menangis sedih, sebenarnya hatiku pilu mendengar itu semua. Tapi aku tetap pada pendirianku. Setelah adikku diam dari tangis, aku menghampirinya & berspeculation, "apa Ucha tahu apa kesalahan Ucha? Ucha tahu kenapa Ucha masuk ke pojok nakal?" tanyaku dengan keyakinan kalau anak umur 3 tahun sudah paham apa yang kita katakan. Dan adikku menggeleng. Perlahan aku menjelaskan kesalahan yang ia
perbuat, aku lakukan berulang-ulang sampai aku bilang, "Ucha ngerti kalau Ucha salah?"Ia mengangguk. Aku melanjutkan kalimatku, "kalau begitu, Ucha harus minta maaf, ya, sama mama." "Iya... mama... maafin Ucha, ya," ujar adikku masih dengan isak tangis. Mamaku sedang ada di ruang tamu. Aku memeluk adikku erat & membimbing dia keluar dari pojok nakal. Aku menggendongnya & membawanya ke hadapan mama. Saat melihat mama, adikku langsung memeluk mama & berpindah tempat gendongan. Ia tidak menangis meraung lagi, hanya air matanya saja masih menitik. "Ayo Ucha, minta maaf lagi di depan mama," ulangku. "Ma... ma... Uchanya minta maaf..." ujar adikku yang membuat gemas. Aku & mama menciumi pipinya. Diam-diam aku salut juga dengan caranya Nanny mendidik anak nakal. Terbukti setelah beberapa kali aku memasukkan adikku ke pojok nakal, adikku jadi lebih mudah diatur & bisa dinasehati dengan baik.

Ia tidak perlu dibentak lagi. Secara tidak langsung sikap ini bisa menimbulkan jiwa lembut pada anak serta mengajarkan anak untuk terus instropeksi diri. Yang lebih hebat lagi, adikku sama sekali tidak takut kalau dia duduk sendirian di pojok ruangan manapun kecuali bila aku bilang, "itu adalah ojok nakal. Tempat anak nakal berada." Sejak saat itu aku selalu memberikan ia pilihan ketika ia susah sekali disuruh makan sayur, "Mau menjadi anak baik atau anak nakal? Kalau anak baik harus rajin makan sayur. Ucha anak baik atau anak nakal?" Dan adikku selalu menjawab, "Ucha anak baik!"

Malam ini kulihat Ucha tidur terlelap setelah aku mendongenginya sebuah kisah tentang Pangeran Ucha, ya, namanya sendiri. Aku ingin ia bangga pada dirinya namun ia juga sadar pada kelemahan & kesalahannya. Mataku terpejam. Terbersit tanya yang mengiris hati. "Apakah aku sudah seperti Ucha? Yang mampu mengakui kesalahanku sendiri? Yang berdiam diri di pojok nakal untuk introspeksi? Nampaknya aku juga butuh duduk sendirian di pojok nakal & kita semua sebagai manusia dewasa memang butuh sesekali untuk duduk di pojok nakal. Menemukan kesalahan kita & segeralah meminta maaf. Jadi teringat sebuah syair sebelum aku terlelap malam ini :

"Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan hanya yang berjiwa pemberani yang mau mengakui... Betapa bahagianya punya banyak teman betapa indahnya. Betapa bahagianya bisa saling menyayangi…" (mengutip lagu Sherina) - Achi TM.

~ Lembar ke-4 ~

TUKANG LEDENG
Suatu hari bos Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya. Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh.

Atas rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng untuk memperbaiki kran miliknya. Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk.

Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan mobil terbesar di Jerman. Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi Mr. Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bersedia menunggu satu hari lagi. Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara pak tukang ledeng.

Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah Mr.Benz untuk memperbaiki kran yang bocor. Setelah kutak sana kutak sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya.

Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres atau masih timbul masalah?

Mr.Benz berpikir pasti orang ini orang hebat walaupun cuma tukang ledeng. Mr. Benz menjawab di telepon bahwa kran dirumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan pak tukang ledeng.

Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian mr. Benz merekrut si tukang ledeng untuk bekerja di perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr. Saat ini beliau adalah General manager Customer Satisfaction and Public Relation di Mercedez Benz !

Jangan lupa dan aplikasikan dalam tingkah laku sehari hari :
1. Masukkan hanya informasi dan nasehat bergizi untuk otak kita. Jangan pernah memberinya sampah.
2. Jangan sampai rasa takut mengalahkan kita . Hadapi dia face to face!
3. Tersenyumlah dengan tulus hingga gigi kita terlihat dan Jadilah orang yang menyenangkan
4. Selalu tambahkan keju dan pelayanan terbaik walaupun itu tidak diminta.

~ Lembar ke-5 ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar