Selasa, 01 Juli 2008

EDISI 10 Tahun 2008

PROYEK ALLAH
Dan tidak ada suatu mahhluk pun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. * Ibr.4:13

Suamiku menjalankan mesin penggali yang besar. Sekarang ia sedang membantu peletakan fondasi sebuah sekolah baru.Aku senang melihatnya mengoperasikan mesin; pekerjaanitu bermanfaat dan bertujuan.

la tahu di mana harus mulai menggali, lalu pelan-pelan ia menggali dan mengangkat apa yang harus dibuang. Ia menggali dan menghilangkan yang tidak perlu sehingga galian itu bersi dan siap untuk tujuan yang ditentukan. Pada musim hujan, galian ini akan dipenuhi air dan biasanya digunakan untuk aliran air. Kadang-kadang ia menggali parit untuk pipa yang akan mengalirkan air atau membuang air kotor atau air akibat badai. Setiap penggalian mempunyai suatu tujuan.

Allah tahu persis apa yang perlu dibuang atau dibongkar untuk menggenapi tujuan ilahi dalam hidup kita. Allah tahu seberapa dalam harus menggali dan di mana harus menempatkan apa yang sudah dbuang. Allah mengangkat dan menyiapkan ayat2 Kitab Suci untuk dipakai sebagai dasar iman. Dan apa yang Allah taruh pada tempatnya adalah air hidup, pemahaman yang lebih dalam terhadap Kitab Suci, kebiasaan2 baru yang membuang dosa jauh-jauh dari hidup kita. Meskipun terkadang menyakitkan, penggalian Allah adalah demi kebaikan kita. (Susan Hammond - Florida)

~ Lembar ke-1 ~

KALAU MAU NAIK KELAS DALAM IMAN
Tantangan atau masalah di dalam kehidupan ini bisa saja merupakan masalah yang besar atau kecil atau malah datangnya secara bersamaan. Di saat itu Kita memerlukan sikap yang tepat untuk menghadapinya.

Kalau Kita ingin tahu apakah seseorang adalah 'orang besar', bukan saat orang itu dalam keadaan 'baik-baik' saja tapi justru ketika mereka dalam masa kesesakan / kesulitan.Orang-orang besar di dunia ini akan terlihat sikapnya ketika mereka menghadapi masalah dalam hidupnya. Mereka tidak semakin kendor tetapi justru semakin kuat.

Amsal 24:10.
Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.

Bagaimana respon dan tindakan yang menunjukkan kebesaran seorang pemimpin:
1. Ia memperlihatkan KETENANGAN bukannya KEGILAAN
Keluaran 14:13
Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap Dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikanNya Hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat Hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
Banyak orang kehilangan akal sehatnya / kurang waras / Gila ketika menghadapi tantangan yang besar. Mereka mencari jalan pintas, pergi ke dukun / paranormal (padahal dukun tidak bisa menolong dirinya sendiri), bahkan sampai bunuh diri.

2. Ia memperlihatkan KEYAKINAN bukannya KETAKUTAN
Keluaran 14:13b-14
Sebab orang Mesir yang kamu lihat Hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, Dan kamu akan diam saja."
Orang besar mampu menunjukkan keyakinannya saat Ada masalah. Tantangan yang besar itu ibarat suara auman singa yang menciutkan nyali Kita. Tetapi saat Ada tantangan janganlah takut. Taruhlah iman keyakinan Kita kepada Tuhan. Ketakutan adalah ketiadaan keyakinan.
Artinya semakin seseorang yakin, maka ketakutan itu semakin hilang. Dan sebaliknya jika tidak lagi Ada keyakinan, maka makin sempurnalah ketakutan itu melingkupi seseorang. Seorang yang yakin bukan berarti tidak mengalami ketakutan. Tetapi mampu berjalan melewati ketakutan tersebut.
Mazmur 27:3
Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya

3. Ia memperlihatkan KEJELASAN bukannya KEBINGUNGAN
Keluaran 14:15
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepadaKu? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.
Ada sesuatu yang jelas : mereka harus tetap bergerak maju. Seringkali ketika Ada tantangan besar, Kita tergoda untuk tetap berhenti bahkan mundur. Tetapi pola Tuhan adalah tetap bergerak maju. Bagian Kita adalah tetap maju Dan bagian Tuhan adalah membuka jalan di depan Kita.
Mazmur 36:10
Sebab pada-Mu Ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.
Amsal 4:18
Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah Hari.

Jadi ketika Kita berhadapan dengan tantangan yang besar dalam hidup jangan berhenti tetapi maju karena Kita akan semakin mengerti sewaktu Kita melaluinya.

MENGAPA HANYA DEKAT ALLAH SAJA AKU TENANG
”Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.” (Bc Maz 62:2-9)

Dalam menghadapi tekanan hidup, kita harus berbeda dengan orang dunia, kita harus tetap tenang karena kita mempunyai Allah yang penuh kuasa. Tetap tenang bukan berarti kita tidak punya masalah, akan tetapi karena kita selalu dekat dengan Allah yang sanggup mencurahkan berkat-berkatNya kepada kita. Mengapa hanya dekat Allah saja aku tenang?

1. Karena Allah tahu waktu yang tepat (Yesaya 60:22).
Jika kita senantiasa hidup dekat dengan Allah, kita akan tahu rencana-rencana Allah dalam hidup kita. Sehingga kita akan tetap tenang karena kita tahu pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat.

2. Karena Allah akan memberitahukan kita hal-hal yang belum terjadi dan yang akan terjadi (Amos 3:6-7).
Kalau kita dekat dengan Allah tidak akan ada yang menjadi rahasia. Ketika Allah akan menghukum Sodom dan Gomora, Allah memberitahukan terlebih dahulu kepada Abraham, yang hidup berkenan kepada Allah.

3. Karena Allah akan mengalahkan yang jahat bagi kita (Mazmur 91:7-11).
Sebagai manusia kita tidak akan luput dari keadaan yang bisa saja membahayakan keselamatan kita. Tetapi sebagai orang yang bergaul dekat dengan Allah, sesuai firmanNya, Allah akan menghalau semua itu dari kehidupan kita.

4. Karena Allah memberkati tanpa membedakan manusia (Mazmur 115:12-13).
Semua manusia sama dihadapan Allah. Yang paling penting dan paling utama bagi Allah adalah apakah kita takut akan Dia dan senantiasa mendekat dengan Dia.

~ Lembar ke-2 ~

IBADAH YANG SEJATI

Kitab Yakobus, yang ditulis oleh saudara Tuhan Yesus, penuh dengan nasehat2 praktis. Kitab ini memaparkan bagaimana seharusnya orang percaya menghayati kehidupan imannya. Yakobus seolah2 berkata, "Inilah kehidupan Kristen itu!"

Dalam pasal 1, ia menjelaskan tentang ibadah yang sejati. Ia memulainya dengan cara menyikapi pencobaan atau masalah (ay.2-4). Masalah dalam hidup kita sebenarnya bukan masalah. Masalah itu hanya menunjukkan adanya hal2 yang kurang, adanya perkara yang perlu ditambahkan, dalam hidup kita. Masalah akan meregangkan iman kita sehinggakita mencapai taraf kedewasaan yang lebih jauh.

Saat menghadapi masalah, yang kita perlukan adalah ketekunan. Perlu perubahan dan penyesuaian untuk dapat menanganinya. KIta perlu melatih diri untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Sayangnya, proses pendewasaan ini kerap terhenti. Kita tidak bertekun sehingga dikalahkan oleh masalah yang ada. Yakobus menunjukkan beberapa faktor yang dapat menghentikan ketekunan kita.

Kekurangan hikmat (ay. 5-8).
Hikmat berarti menempatkan diri kita secara benar terhadap suatu masalah. Artinya, perlu perubahan pikiran dalam memandang suatu masalah.

Mengandalkan uang (ay.9-11).
Uang bisa menyelesaikan segala perkara, begitu pendapat banyak orang. Uang mungkin bisa memberi kenyamanan sesaat, namun tak membuat masalah itu teratasi. Uang hanya menutupi masalah itu untuk sementara.

Menyalahkan Tuhan (ay.12-18).
Ketika masalah tak putus-putusnya mendera, kita mulai mengira Tuhan tidak peduli dan melupakan kita. Kita tidak yakin lagi bahwa Dia senantiasa baik dan memberikan yang terbaik bagi kita.

Amarah (ay.19-21).
Kalau sudah begitu, sumbu kesabaran kita pun memendek. Kita gampang "meledak".

Malas beribadah (ay.22-25).
Masalah seharusnya mendorong ktia untuk lebih bertekun belajar, menambah apa yang kurang dalam diri kita. Namun, kita justru cenderung menjadi malas. Enggan membaca firman, berdoa, bersekutu, atau terlibat dalam pelayanan. Kita menjadi suam-suam.

Tidak mengekang lidah (ay.26).
Alih-alih mengucapkan perkataan yang membangun, kita melontarkan perkataan yang pedas dan penuh kepahitan.

Tidak menjaga diri dari pencemaran dunia (ay.27).
Ini yang paling parah: kita kembali berkubang dalam pencemaran dosa dan dunia.

Jadi, hakekat dari ibadah kita adalah: Ketekunan. masalah dan pencobaan hanyalah ruang untuk berlatih. Dengan ketekunan, ktia akan menghasilkan buah yang matang.

~ Lembar ke-3 ~

BUDAYA BERIBADAH
Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.- Matius 15:1-20

Makan itu ada budayanya sendiri. Tiap daerah memiliki budaya yang berbeda. Pergilah ke daratan Cina, Anda harus bersiap-siap menggunakan sumpit sebagai ganti sendok dan jangan kaget atau merasa aneh kalau mereka yang duduk semeja dengan Anda bersendawa dengan bebasnya. Budaya Latin juga berbeda, kalau Anda menghabiskan semua makanan di piring Anda tanpa sisa, itu sama saja memberitahukan kepada tuan rumah bahwa Anda masih lapar. Di Italia, para bangsawan selalu meletakkan pisau dan garpu bersilang setelah selesai makan. Budaya Yahudi berbeda lagi. Ada aturan mutlak yang harus mereka patuhi soal makan, yaitu membasuh tangan lebih dulu sebelum makan.

Suatu ketika murid-murid Yesus mengindahkan tata cara makan ala Yahudi ini. Akibatnya, Yesus ditegur habis-habisan oleh orang-orang Farisi dan ahli taurat hanya karena para murid tidak membasuh tangan lebih dulu sebelum makan. Jawaban Yesus sungguh bijak menanggapi pertanyaan Farisi, bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.

Saya mau beritahu, tapi jangan kaget. Kita seringkali bertindak seperti para Farisi dan ahli taurat itu. Kekristenan tak lebih dari sekedar tata cara dan aturan, bukan kehidupan. Kening kita mengkerut dan tidak suka kalau tata cara beribadah yang dilakukan tidak seperti aturan baku dalam gereja kita. Kita lebih memusingkan soal bertepuk tangan atau tidak. Kita lebih memusingkan antara memakai musik lengkap ataukah hanya menggunakan organ tua. Bagi yang biasa beribadah dengan tenang akan marah kalau suasana ibadah meriah dan hiruk pikuk. Bagi yang biasa beribadah dengan meriah akan mengecam kalau ibadah itu tidak ada urapan, seandainya dilakukan dengan cara yang tenang.

Kekristenan lebih penting hanya dari sekedar tata cara atau budaya saja. Kekristenan bukan hanya sekedar ritual belaka, tapi sungguh merupakan kehidupan nyata. Jadi, bagaimanapun beraneka ragam budaya saat beribadah itu tak terlalu penting, tak perlu dipusingkan, apalagi dipeributkan. Tuhan kita adalah Tuhan diatas segala budaya. Jadi, apakah kita akan memegahkan diri kalau merasa bahwa tata cara ibadah kita lah yang paling berkenan di hadapan Tuhan? (Kwik)

~ Lembar ke-4 ~

GABRIELLA dan TROFI
Lampu menjadi redup sewaktu volume musik ditingkatkan. Tiga puluh orang anak dengan berbagai bentuk, tinggi badan dan umur sedang menyajikan pertunjukan sendra tari di ruang olahraga sekolah/auditorium. Semua orang tua, kakek-nenek, bibi dan paman di sana . Ratusan di antara mereka mengisi tempat duduk. Ini adalah penampilan pertama cucu perempuan muda saya, Gabriella, di muka umum.

Gabriella berumur dua tahun. Dia muncul di pertunjukan sebagai seekor kelinci berwarna merah jambu dalam cerita "Keripik Binatang di Sop Saya." Dia melakukan bagiannya dengan mengagumkan, sungguhpun telinga kelincinya sudah melorot ke wajahnya selama gerakan atletik yang dilakukannya dan melingkar di lehernya pada seutas karet elastik. Sesudah beberapa kali mencoba memasang kembali telinganya, dia membiarkannya menggantung seperti sebuah anting. Gerakannya ditutup oleh sebuah koor dari barisan anggota dunia hewan.

Dua jam lewat, dan pertunjukan ditutup. Tiga puluh orang anak dan remaja dijejerkan di panggung, yang berumur dua dan tiga tahun di muka dan yang enam belas tahun di belakang, dengan umur lain mengisi tempat di antaranya - untuk penilaian akhir dan pemberian trofi.

Kelinci merah jambu dengan telinga dipegang di tangan kiri melangkah keluar dari barisan, menyeberang ke panggung depan dan dengan diam-diam berdiri di depan meja presenter yang terdapat trofi-trofi. Tangan kanannya terulur ke atas ke arah trofi, tetapi masih tidak sampai sekitar dua inchi dari dasar meja tofi. Namun presenter nampak benar-benar tak sadar akan adanya kelinci merah jambu yang diam-diam berada tepat dibawah tatapannya.

Sewaktu dia membaca nama yang terdapat di trofi, seorang wanita muda menyeruak dari kelompoknya dan mengambil trofi melewati kepala kelinci merah jambu yang masih berdiri dengan tangan diulurkan, menunggu untuk menerima trofi pada giliran berikutnya.

Di sini dimulailah kejadian yang paling menakjubkan dari sebuah kelompok tari dinamis yang pernah saya saksikan, yang dilakukan oleh anak berumur dua tahun yang dalam diamnya - yang menyatukan ratusan orang di tempat itu selama sekitar sepuluh menit.

Getaran jiwa memacu tarikan nafas kelinci merah jambu saat masing-masing trofi melewati tangannya yang terulur. Dengan kesabaran yang teguh dan kepastian, dia menunggu.

Sepuluh nama dibacakan dan sepuluh trofi sudah dibagikan. Sungguhpun begitu dia tetap menunggu dengan tangan bertahan terulur tinggi.

Di sekitar bilangan trofi ke dua puluh, perjuangan seekor kelinci merah jambu mulai terbaca dari bahasa tubuhnya oleh hadirin yang sangat bersimpati. Mata kelinci melorot ke telinga karena tangannya dipakai untuk menahan tangan yang lainnya dan suatu saat wajahnya tertunduk.

Dalam diam saya berkata dalam hati... "Tidak, tidak, Tidak ada yang perlu dilakukan terhadap telingamu yang lepas. Kamu tidak gagal. Kamu pasti dapat trofi. Bertahanlah!"

Pengumuman presenter dilanjutkan, dan ekspresi wajah kelinci berubah menjadi jengkel. Kedua tangannya menutup bibirnya, bibir bawahnya mencibir, wajah kecilnya miring keatas sampai sudut yang paling ekstrim, tetapi tetap tak ada trofi.

'Seekor' kera berumur dua tahun dari kelompok tarian yang sama bergabung dengan kelinci di panggung sebelah kanan dan berbicara dengan berbisik. Mata kelinci dan kera memandang dari kotak trofi itu kepada presenter... berbisiknya menjadi lebih seru.

Hadirin menambahkan kata di pikiran mereka terhadap pemandangan yang ada di panggung.

Si kera berbisik keras, "Kamu bisa menjatuhkan dia (presenter) pada kakinya, dan aku bisa mengambil dua trofi, melompat ke depan panggung dan lari ke luar dari pintu belakang."

Sekarang, hadirin tertawa terbahak-bahak, beberapa mengentak lantai seolah-olah untuk memaksakan gelak tawa lebih cepat. Beberapa orang memegang perut untuk mencegah gelak tawa menyembur keluar dan mengusap air mata yang mengalir di pipi.

Sesudah mempertimbangkan rencana itu, kelinci merah jambu menggeleng-gelengkan kepala, "bukan" - dan rencana dibuang. Kera mundur kembali ke barisannya dan hadirin kembali tenang di tempat duduk mereka.

Dengan alasan yang tidak jelas, presenter terus mengabaikan kelinci merah jambu yang ada di depannya.

Dua puluh tiga trofi sudah dibagikan dan masih belum ada trofi untuk Gabriella.

Kelinci memperlihatkan tanda putus asa; matanya sayu, bibir bawahnya bergetar.

Lagi, ada gelombang dorongan diam dari hadirin yang melewati panggung, dan beberapa berbisik... "Jangan menyerah"... dan "giliranmu pasti datang."

Kelinci membuat keputusan.

Dia masih berdiri di depan lutut presenter. Mukanya menengadah dengan pengharapan dan secara perlahan tangannya terulur ke atas seperti yang telah dilakukannya dari menit pertama sampai ke dua puluh. Suara-suara hadirin gemuruh terdengar, seperti sebuah dengungan raksasa.

Akhirnya ... trofi kedua puluh sembilan adalah untuk Gabriella.

Saat diberikan ke tangan kelinci merah jambu, seluruh hadirin berdiri dan bersorak dengan suara yang sangat keras, sangat lama - sebuah sambutan yang paling emosional di malam itu. Sambutan untuk yang anak berumur dua tahun dengan baju kelinci yang memberikan pelajaran tentang kepercayaan, kebulatan tekad dan kesabaran.

Oleh Barbara E. Hoffman

[Catatan pengarang: Gabriella Maria Kramer adalah anak tengah dari anak lelaki saya Robert dan istrinya Maria. Sara, Gabriella dan Michael adalah anak keajaiban, yang dilahirkan sesudah delapan tahun percobaan yang gagal supaya bisa hamil. Kami menemui mereka sebagai hadiah dari Tuhan dengan ucapan terima kasih untuk
perawatan dan sayang yang diberikan oleh orang tua mereka kepada saudara perempuan adopsi mereka yang mereka tidak pernah tahu, guru dari pelajaran kasih sayang dan peringatan terus-menerus dari rencana Tuhan yang lebih luar biasa dibanding rencana kita. Saya mededikasikan cerita ini untuk mengenang Rachel Emily Kramer, seorang bayi HIV-positif yang ditinggalkan di rumah sakit pada usia tiga bulan dan dibawa ke dalam hati keluarga ini.]

~ Lembar ke-5 ~

SETIAP LANGKAH ADALAH ANUGERAH
Seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana , ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, Ralph, penjemputnya di bandara.

Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan bagasi. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal dilakukannya.

Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi sang professor dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Dari mana Anda belajar melakukan semua hal itu? tanya sang professor.

Melakukan apa? tanya Ralph.

Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu? desak sang professor.

Oh, kata Ralph, selama perang saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal. Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah. Katanya. Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki serta mensyukuri langkah sebelumnya. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini.

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.

Nilai manusia tidak ditentukan dengan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup.
Kekayaan manusia bukan apa yang ia peroleh, melainkan apa yang telah ia berikan.
Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini.
Hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. [I Tesalonika 5:18]

~ Lembar ke-6 ~

MASIH ADA SETETES SETELAH TETES TERAKHIR
Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stan makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang.Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton : "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung. Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan
untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut. (Bits & Pieces, The Economics Press)

~ Lembar ke-7 ~

INDAHNYA PERSATUAN
Karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan (Baca : Filipi 2:1-11)

Sekelompok kuda liar tengah merumput di padang belantara. Tiba-tiba muncul seekor harimau yang sedang mencari mangsa. Serentak kuda-kuda itu melindungi diri dengan cara berdiri saling berhadapan membentuk lingkaran. Harimau pun tidak berani mendekat, karena takut kena tendang. Namun dengan tipu muslihatnya ia berkata, "Sungguh barisan yang bagus. Boleh aku tahu kuda pintar mana yang mencetuskan ide ini?" Kuda-kuda itu pun termakan hasutan. Mereka berdebat siapa yang pertama mencetuskan ide tadi. Karena tak ada kata sepakat, akhirnya mereka tercerai-berai. Harimau pun dengan mudah memangsa mereka.

Persatuan sangat penting. Tanpa persatuan sebuah komunitas atau kelompok akan rapuh, maka persatuan harus diperjuangkan. Begitu juga dalam gereja. Paulus menasihati jemaat di Filipi supaya bersatu. Dasar persatuan kristiani adalah Kristus. Jadi setiap orang dalam jemaat hendaknya meneladani Kristus (ayat 5):

1. Walaupun dalam rupa Allah, tetapi tidak menganggap kesetaraan-Nya itu sebagai milik yang harus dipertahankan (ayat 6) -- Tidak sombong atau merasa paling hebat.

2. Telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba (ayat 7a) -Memiliki semangat memberi; bukan ha-nya mau menerima.

3. Menjadi sama dengan manusia (ayat 7b) -- Berempati terhadap sesama; tidak lekas menghakimi atau menuduh, tetapi berusaha menempatkan diri pada posisi orang lain untuk mengerti dan memahami.

Saat jemaat sepakat untuk bersatu, iblis pun gentar! - AYA

SEPULUH LIDI YANG DIIKAT MENJADI SATU LEBIH KOKOH DIBANDING SERIBU LIDI YANG TERCERAI BERAI -- PEPATAH CINA

~ Lembar ke-8 ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar